astakom, Jakarta – Dalam upaya memperkuat kerja sama strategis antara ASEAN dan China, Duta Besar China untuk ASEAN, Hou Yanqi, melakukan kunjungan kehormatan ke Kementerian Luar Negeri RI dan bertemu langsung dengan Menteri Luar Negeri Sugiono, Selasa (15/7).
Dengan mengenakan setelan kemeja abu-abu, Dubes Hou disambut hangat oleh Sugiono yang tampil mengenakan batik khas Indonesia. Pertemuan berlangsung di kantor Kemlu, Jakarta, didampingi Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu, Sidharto Suryodipuro.
Baca juga
Pertemuan ini difokuskan pada tindak lanjut hasil ASEAN–China Post-Ministerial Conference (PMC) yang baru saja digelar pekan lalu di Kuala Lumpur, Malaysia.
“Kami ingin memperdalam peran pembangunan ekonomi dan sosial dengan ASEAN,” ujar Dubes Hou.
Sugiono menyambut baik harapan tersebut dan menegaskan pentingnya sinergi ASEAN dan China dalam membangun kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera.
“Kemitraan ASEAN dan China merupakan salah satu pilar utama dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi kawasan,” tegas Sugiono.
Sebagai informasi, China telah menjadi mitra dagang terbesar ASEAN selama 16 tahun berturut-turut, dan sejak 2021, hubungan keduanya telah ditingkatkan menjadi kemitraan strategis komprehensif.
Salah satu agenda penting yang dibahas adalah rencana penandatanganan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) 3.0, versi terbaru dari perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan China. Penandatanganan ini dijadwalkan berlangsung pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN–China pada Oktober 2025.
Selain itu, kedua pihak juga menyinggung rencana implementasi ASEAN-China Plan of Action 2026–2030 dan kelanjutan kerja sama dalam skema Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
“Kami berharap China terus berperan aktif mendorong integrasi ekonomi kawasan yang inklusif dan menjajaki berbagai potensi kerja sama yang belum dimanfaatkan optimal,” ujar Sugiono.
Dalam kesempatan tersebut, Sugiono juga menyampaikan apresiasi atas komitmen China yang telah menandatangani Protokol SEANWFZ atau Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara sebuah kesepakatan penting yang sudah diinisiasi ASEAN sejak 1995.
Langkah tersebut dinilai sebagai kontribusi besar dari Beijing dalam menciptakan perdamaian dan stabilitas jangka panjang di kawasan.
“Indonesia mendukung implementasi berbagai kerja sama konkret yang dapat memberi manfaat nyata bagi masyarakat ASEAN,” pungkas Sugiono.