Selasa, 12 Agu 2025
Selasa, 12 Agustus 2025

Ibaratkan Nuklir, Menag Sebut Agama Bisa Berdampak Ganda

astakom, Jakarta – Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar mengajak para kepala daerah untuk menjadikan agama sebagai kekuatan dalam mempersatukan bangsa, bukan alat pemecah belah.

Seruan ini disampaikan saat memberikan materi dalam Orientasi Kepemimpinan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2025 Gelombang II, yang digelar di Kampus IPDN, Jatinangor, Kamis (26/6).

Dalam pidatonya yang berlangsung di Balairung Rudini, Menag menegaskan bahwa keberagaman bangsa Indonesia menuntut pendekatan komunikasi yang menyentuh titik tengah, bukan yang mendorong perpecahan.

“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat plural dan heterogen, sehingga kita harus menggunakan pendekatan sentripetal, yaitu pendekatan yang mencari titik tengah di antara banyaknya titik,” ujar Menag dalam keterangannya, dikutip astakom.com, Kamis (26/6).

“Jangan menggunakan pendekatan sentrifugal yang cenderung membubarkan semua titik,” jelasnya menegaskan.

Menag mengingatkan, agama adalah unsur vital dalam interaksi sosial masyarakat Indonesia. Ia menyarankan agar para pemimpin tidak sekadar menyampaikan pesan, tetapi menyampaikannya dengan hati.

“Segala sesuatu yang keluar dari hati yang terdalam akan sampai ke hati yang terdalam juga, jadi sebelum berkomunikasi kepada masyarakat agar melakukan pembatinan”, ungkapnya.

Lebih lanjut, Nasaruddin mengibaratkan agama seperti nuklir berdaya besar dan bisa berdampak ganda. Jika dikelola dengan bijak, agama dapat menjadi medium komunikasi yang efektif dan konstruktif. Namun jika disalahgunakan, bisa menciptakan konflik horizontal yang memecah persatuan bangsa.

“Agama itu seperti Nuklir, jika digunakan dengan baik maka akan bermanfaat dalam kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat menghancurkan kehidupan manusia,” ujarnya

Terkait dengan Moderasi Beragama, Menag menegaskan bahwa esensinya bukan mengubah isi agama, melainkan cara umat memaknai dan menjalankannya.

“Moderasi Beragama bukan untuk mengubah agama yang tadinya tradisional menjadi modern, melainkan untuk mengubah cara kita beragama, tanpa mengubah teks di kitab suci kita”, tegasnya.

Sebagai penutup, Nasaruddin menekankan pentingnya kepemimpinan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional.

“Orientasi ini diadakan untuk mencerdaskan intelektual dan juga emosional. Karena tugas kita selain mencerdaskan intelektual masyarakat, kita juga perlu mencerdaskan emosionalnya, sehingga menciptakan lingkungan beragama yang harmonis,” ujarnya.

Sebagai informasi, orientasi tersebut diikuti oleh 86 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta sejumlah praja IPDN. Acara ini menjadi panggung pengingat bahwa agama, jika dimaknai secara moderat, dapat menjadi jembatan emas menuju kehidupan berbangsa yang damai dan inklusif.

Rubrik Sama :

Kasus Korupsi Kuota Haji, Gus Yaqut Dicekal ke Luar Negeri

astakom.com, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencegah eks Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas alias Gus Yaqut untuk bepergian ke luar negeri. Hal...

Menko Polkam Janji Evaluasi TNI dan Kawal Kasus Kematian Prada Lucky

Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam), Budi Gunawan menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya Prada Lucky Cpril Saputra Namo di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

KPK Sebut Kerugian Negara di Kasus Korupsi Kuota Haji Tembus Rp1 Triliun

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkapkan dugaan kerugian negara dalam kasus korupsi penentuan kuota dan penyelenggaraan ibadah haji di Kementerian Agama (Kemenag) tahun 2023–2024 mencapai lebih dari Rp1 triliun.

100 Siswa Sekolah Rakyat Diundang Prabowo Ikuti Upacara HUT RI di Istana

Presiden RI Prabowo Subianto mengundang 100 siswa Sekolah Rakyat untuk mengikuti Upacara Peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, pada hari Minggu, 17 Agustus 2025 mendatang.

Terkini

Viral

Videos