astakom.com, Jakarta – Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan proposal konkret terkait rencana perdagangan dagang dengan Amerika Serikat (AS). Proposal ini berisi masukan dan respon kepada AS atas tarif impor tinggi yang dikenakan ke banyak negara, termasuk Indonesia.
“Kita akan memberikan masukan kepada Amerika untuk kita bisa memberikan respon. (Tarif impor baru) Amerika kan ini dikenakan kepada seluruh negara,” kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto di Jakarta, Senin (7/3).
Dia menjelaskan, proposal negosiasi dagang ini akan berfokus pada upaya mengurangi defisit perdagangan yang saat ini sudah mencapai USD 18 miliar. Pemerintah, kata dia, telah menyiapkan strategi yang mencakup peningkatan volume impor dari AS, serta evaluasi kebijakan tarif dan pajak impor.
“Kita ambil yang top 10 Indonesia import dan top 10 Indonesia export. Contohnya ekspor Indonesia seperti elektronik dan sepatu. Tapi komponen yang Amerika butuhkan seperti semikonduktor, furniture kayu, hingga copper and gold justru tidak diberlakukan (tarif preferensial),” terangnya.
Berdasarkan data dari Dewan Ekonomi Nasional, top 10 impor Indonesia dari AS adalah (HS: 120190) kacang kedelai, pecah atau tidak dengan tarif, (HS: 271112) propana, cair sebesar, (HS: 290110) hidrokarbon asiklik jenuh, (HS: 999999) komoditas tidak di tempat lain ditentukan.
Selanjutnya, (HS: 270112) batubara bitumen, baik atau tidak dihancurkan, tidak diaglomerasi dengan tarif, (HS: 230330) menyeduh atau menyuling ampas dan sampah, (HS: 271113) butana, cair, (HS: 470321) bubur kayu kimia, soda atau sulfat, selain mutu larut, diputihkan atau diputihkan, konifer.
Kemudian (HS: 880240) Pesawat terbang dan tenaga lainnya pesawat dengan berat tanpa muatan diatas 15.000 kg, (HS: 851762) Mesin untuk resepsi, konversi dan transmisi.
Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan, bahwa Indonesia akan fokus pada sejumlah komoditas penting, seperti gandum, kapas, dan migas sebagai bagian dari peningkatan impor dari AS. Proyek-proyek strategis nasional juga juga menjadi peluang untuk mendatangkan komponen dari AS.
Pun dari sisi kebijakan, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto tengah mengkaji kemungkinan penyesuaian terhadap beberapa ketentuan fiskal, seperti tarif perpajakan terhadap barang yang masuk dari AS.
“Impor tarif kita terhadap produk dari Amerika relatif rendah, bahkan untuk wheat dan soybean sudah nol persen. Tapi kita juga akan lihat PPh dan PPN impor,” kata dia.
Adapun pemerintah sedang mempertimbangkan untuk melihat atau mengevaluasi kebijakan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikenakan atas barang-barang impor.
Tujuannya bisa jadi untuk mengendalikan impor agar tidak terlalu tinggi atau sebaliknya, untuk mendorong sektor tertentu.
Kemudian untuk meningkatkan jumlah volume beli, menurut Airlangga, kemungkinan besar ekspor atau konsumsi dalam negeri terhadap produk lokal.
“Dalam artian, pemerintah ingin memperbesar skala pembelian dari luar negeri, namun tetap dengan selektif, agar terus mendukung industri dalam negeri,” tutup Airlangga.(**)