Rabu, 9 Jul 2025
Rabu, 9 Juli 2025

Diakui Malaysia, Pemprov Riau Tegaskan Pacu Jalur Budaya Indonesia

astakom, Jakarta – Pacu Jalur yang belakangan ini mendapat sorotan dunia karena tren Aura Farming, diklaim oleh warganet Malaysia sebagai warisan budaya Negeri Jiran.

Padahal faktanya, tradisi adu cepat perahu panjang yang sarat nilai sejarah ini merupakan budaya asli Indonesia, tepatnya dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau.

“Perlu ditegaskan bahwa Pacu Jalur adalah warisan budaya asli Indonesia, tepatnya dari Kuantan, Riau,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat, dikutip astakom.com, Selasa (8/7).

Pacu Jalur sendiri telah diakui secara resmi sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.

Pengakuan itu, menurut Roni, bukan asal klaim, melainkan berdasarkan kajian sejarah, bukti antropologis, serta keberlanjutan tradisi masyarakat Kuansing yang sudah mewarisinya selama ratusan tahun.

Meski menyayangkan klaim sepihak oleh warganet Malaysia di media sosial, Roni justru melihat sisi positif dari tren Aura Farming, yang menurutnya menjadi momentum bagi Indonesia untuk mengangkat budaya lokal, khususnya Pacu Jalur ke kancah dunia.

“Budaya lokal kita punya daya tarik universal dan bisa dikenal secara global. Ini momentum bagi kita untuk mengangkat Pacu Jalur ke tingkat dunia,” tuturnya.

Ia meyakini, sorotan internasional ini akan menjadi berkah tersendiri bagi sektor pariwisata Riau. Dengan naiknya pamor Pacu Jalur, kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, diprediksi akan mengalami peningkatan signifikan.

Roni menegaskan, pihanya akan terus melakukan edukasi budaya dan memperkuat narasi sejarah yang autentik. Langkah ini penting agar tradisi seperti Pacu Jalur tetap terjaga keasliannya dan tidak lagi menjadi objek klaim budaya oleh negara lain.

“Kami akan terus meluruskan informasi dan memperkuat literasi budaya kepada publik, baik dalam negeri maupun luar negeri,” pungkas Roni.

Rubrik Sama :

Masyarakat Belum ‘Smart’, Etika Digital Rendah Meski Ponsel Berlimpah

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Achmad Nurmandi menilai bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menjadi masyarakat 'smart' di era digital. Menurutnya, tingginya penetrasi teknologi tidak sebanding dengan kesadaran etika digital.

BMKG Ungkap Potensi Curah Hujan di Atas Normal saat Musim Kemarau

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan musim kemarau pada tahun ini tidak berlangsung seperti biasanya.

Tak Diakui Secara Hukum, Driver Ojol Jadi Korban Kapitalisme Digital?

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Achmad Nurmandi menyoroti lemahnya perlindungan hukum bagi para pengemudi dan kurir daring di Indonesia. Ia menyebut posisi para driver ojek online (ojol) masih terpinggirkan dalam sistem hukum nasional.

Indahnya Toleransi Beragama, Halaman Gereja Disulap Jadi Sekretariat Panitia Asalha Mahapuja

Toleransi antarumat beragama kembali menunjukkan wajah paling indahnya di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Di mana halaman Gereja Katolik Bunda Maria Sapta Duka, mendadak dipenuhi umat Buddha dari berbagai penjuru Tanah Air pada Minggu (6/7).
Cover Majalah

Update