Rabu, 16 Jul 2025
Rabu, 16 Juli 2025

Fakta dan Mitos Fenomena Aphelion 2025, Saat Bumi Berada di Titik Terjauh dari Matahari

astakom, Jakarta – Pada awal Juli 2025, Bumi mengalami fenomena aphelion, yakni posisi terjauh Bumi dari Matahari dalam orbit tahunannya. Meskipun terdengar mengkhawatirkan bagi sebagian orang, para ahli memastikan bahwa dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari, khususnya suhu global, sangat minim.

Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena aphelion tahun ini terjadi pada 6 Juli 2025 pukul 04.06 WIB, saat jarak antara Bumi dan Matahari mencapai sekitar 152,1 juta kilometer. Jarak ini lebih jauh sekitar 5 juta kilometer dibanding saat perihelion, ketika Bumi berada paling dekat dengan Matahari pada awal Januari lalu.

Baca juga :

Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.

“Aphelion adalah fenomena astronomis tahunan yang terjadi secara alami. Ini tidak menyebabkan penurunan suhu yang drastis, karena pengaruh utama terhadap iklim berasal dari kemiringan sumbu Bumi, bukan jarak ke Matahari,” jelas Koordinator Bidang Diseminasi BMKG, dalam siaran resminya.

Mengapa Bisa Terjadi?
Orbit Bumi berbentuk elips, bukan lingkaran sempurna. Artinya, ada satu titik dalam orbit di mana Bumi mencapai jarak terjauh dari Matahari (aphelion), dan satu titik di mana jarak itu paling dekat (perihelion).

Fenomena ini tidak berpengaruh besar terhadap musim atau cuaca ekstrem. Justru saat aphelion berlangsung, negara-negara di belahan Bumi utara seperti Indonesia sedang mengalami musim kemarau, yang ditentukan oleh posisi matahari relatif terhadap khatulistiwa, bukan oleh jarak Bumi ke Matahari.

Benarkah Suhu Lebih Dingin?
Isu yang kerap muncul setiap tahun adalah anggapan bahwa aphelion membuat cuaca menjadi lebih dingin. Namun, BMKG menegaskan bahwa suhu rata-rata harian tidak turun signifikan karena fenomena ini. Perbedaan suhu hanya berkisar 1–2 derajat Celsius, bahkan tak terasa bagi sebagian besar orang.

“Penurunan suhu beberapa hari terakhir lebih dipengaruhi oleh angin monsun timur dan faktor lokal seperti kelembapan udara, bukan aphelion itu sendiri,” tambah BMKG.

Fenomena aphelion sering dikaitkan dengan berbagai mitos di media sosial, mulai dari suhu ekstrem hingga gangguan sistem satelit. Faktanya, satelit yang mengorbit Bumi tidak terganggu oleh perubahan jarak ke Matahari, dan tidak ada dampak langsung terhadap gelombang elektromagnetik atau komunikasi global.

Fenomena aphelion merupakan bagian dari siklus tahunan orbit Bumi yang alami dan tidak membahayakan. Masyarakat diimbau untuk tetap menjalani aktivitas seperti biasa tanpa kekhawatiran berlebihan, serta bijak dalam menyikapi informasi viral yang belum tentu sesuai dengan sains.

Rubrik Sama :

Planet Bocah Ketahuan! James Webb Abadikan Eksoplanet Seukuran Saturnus

astakom, Jakarta - Planet ini mengorbit bintang muda TWA 7 yang berjarak sekitar 110 tahun cahaya dari Bumi dan berada dalam cincin debu yang...

Lost Temple, Peradaban yang Terlupakan, Jejak Tiwanaku Ditemukan Kembali di Bolivia

astakom, Bolivia - Sebuah penemuan arkeologis mengejutkan muncul dari perbukitan terpencil Bolivia, sebuah kuil kuno peninggalan peradaban Tiwanaku yang selama ini terkubur dalam diam,...

Robot Canggih Hasil Karya Anak Bangsa

astakom, Bandung - Robot Humanoid dan Robot Dog K-9 saat acara Meet and Greet Robotic di D’Botanica Mall, Bandung, Sabtu (5/7). Dua robot canggih...

Eratosthenes: Ilmuwan yang Mengukur Bumi Tanpa Satelit, dan Mengalahkan Waktu

astakom, Jakarta - Di masa ketika sebagian besar manusia masih percaya bahwa bumi itu datar atau tak terbatas, seorang pria di Mesir kuno bangkit...
Cover Majalah

Update