Selasa, 8 Jul 2025
Selasa, 8 Juli 2025

Eratosthenes: Ilmuwan yang Mengukur Bumi Tanpa Satelit, dan Mengalahkan Waktu

astakom, Jakarta – Di masa ketika sebagian besar manusia masih percaya bahwa bumi itu datar atau tak terbatas, seorang pria di Mesir kuno bangkit dan bertanya, “Kalau bayangan di dua tempat berbeda panjangnya berbeda, apa artinya tentang bentuk bumi?”

Pertanyaan sederhana itu memicu salah satu pencapaian ilmiah paling luar biasa dalam sejarah peradaban manusia.

Dialah Eratosthenes, pria yang hidup lebih dari 2.200 tahun lalu dan berhasil mengukur keliling Bumi dengan tingkat akurasi yang menakjubkan, bahkan tanpa bantuan teleskop, satelit, GPS, apalagi AI.

Eratosthenes lahir di kota Kirene (sekarang bagian dari Libya) pada tahun 276 SM, dan kemudian diundang ke Perpustakaan Alexandria pusat ilmu pengetahuan terbesar pada zamannya. Di sana, ia menjabat sebagai Kepala Perpustakaan, posisi intelektual paling prestisius di dunia kuno.

Sebagai seorang polimatik (ilmuwan lintas bidang), ia menyelami matematika, astronomi, geografi, puisi, filsafat, dan musik. Karyanya menyentuh hampir semua cabang ilmu yang dikenal pada saat itu.

Namun warisan terbesar Eratosthenes datang dari eksperimen pengukuran keliling Bumi. Ia tahu bahwa di kota Syene (kini Aswan), Matahari berada tepat di atas kepala pada titik balik Matahari musim panas.

Namun di Alexandria, sekitar 800 km ke utara, Matahari membentuk bayangan pada waktu yang sama.

Dari sini, ia berpikir bahwa perbedaan bayangan itu mencerminkan kelengkungan Bumi. Ia mengukur sudut bayangan tiang di Alexandria sekitar 7,2 derajat.

Dengan perhitungan sederhana:

  • 7,2° adalah 1/50 dari lingkaran penuh (360°).
  • Jarak antara Syene dan Alexandria: 5.000 stadion (satuan panjang Yunani).
  • Maka keliling Bumi = 5.000 × 50 = 250.000 stadion, yang kira-kira setara dengan 39.400 km hanya meleset sekitar 2% dari pengukuran modern!

Tak hanya itu, Eratosthenes juga orang pertama yang menggunakan istilah “geografi” (geo = bumi, graphein = menulis), membuat peta dunia berdasarkan garis lintang dan bujur , mencoba menghitung jarak ke Bulan dan Matahari, dan mengembangkan kalender lompatan (mirip sistem tahun kabisat kita sekarang). Dengan alat terbatas dan logika kuat, ia menjelajahi ruang dan waktu lebih jauh dari siapa pun di masanya.

Yang membuat Eratosthenes unik bukan hanya karena kepandaiannya, tetapi karena pendekatannya yang rasional dan terbuka. Ia tak segan mengkritik dan merevisi pendapat para filsuf besar sebelum dirinya, termasuk Pythagoras dan Plato.

Ia juga menolak dogma buta dan lebih percaya pada observasi empiris dan perhitungan ilmiah, jauh sebelum metode ilmiah dikenal secara formal.

Di masa tuanya, Eratosthenes mengalami kebutaan. Merasa kehilangan satu-satunya alat untuk mencintai dunia yaitu matanya, ia menghentikan makan dan meninggal sekitar tahun 194 SM.

Namun warisannya tak pernah benar-benar mati. Namanya diabadikan sebagai:

  • Kawah di Bulan dan Mars
  • Eksperimen sekolah di seluruh dunia
  • Inspirasi metode triangulasi dan pengukuran jarak modern

Di era digital saat informasi bisa diakses dalam sekejap, kisah Eratosthenes adalah pengingat bahwa keajaiban sains lahir bukan dari teknologi, tapi dari rasa ingin tahu dan ketekunan manusia.

Saat dunia menghadapi krisis iklim, eksplorasi luar angkasa, dan tantangan kecerdasan buatan, kita perlu kembali pada semangat Eratosthenes, mengamati dunia dengan mata terbuka, berpikir kritis, dan percaya bahwa logika bisa menembus batas.

Jarak bukan penghalang bagi pikiran. Bahkan keliling dunia bisa dihitung dengan bayangan dan akal sehat.”
(Eratosthenes, 240 SM)

Rubrik Sama :

Fakta dan Mitos Fenomena Aphelion 2025, Saat Bumi Berada di Titik Terjauh dari Matahari

astakom, Jakarta – Pada awal Juli 2025, Bumi mengalami fenomena aphelion, yakni posisi terjauh Bumi dari Matahari dalam orbit tahunannya. Meskipun terdengar mengkhawatirkan bagi...

Lost Temple, Peradaban yang Terlupakan, Jejak Tiwanaku Ditemukan Kembali di Bolivia

astakom, Bolivia - Sebuah penemuan arkeologis mengejutkan muncul dari perbukitan terpencil Bolivia, sebuah kuil kuno peninggalan peradaban Tiwanaku yang selama ini terkubur dalam diam,...

Robot Canggih Hasil Karya Anak Bangsa

astakom, Bandung - Robot Humanoid dan Robot Dog K-9 saat acara Meet and Greet Robotic di D’Botanica Mall, Bandung, Sabtu (5/7). Dua robot canggih...

Objek Misterius Luar Angkasa Masuk Tata Surya! NASA Pastikan Bukan Ancaman

astakom, Jakarta - Sebuah objek luar angkasa misterius telah memasuki wilayah Tata Surya, dan para ilmuwan NASA memastikan bahwa benda tersebut berasal dari luar...
Cover Majalah

Update