astakom, Jakarta – Wacana pemerintah untuk memasukkan pembelajaran terkait teknologi kecerdasan buatan atau artificial inteligence (AI) dan coding dalam kurikulum Sekolah Rakyat (SR) menuai respon positif dari kalangan akademisi, salah satunya Syamsul Fatria.
Akademisi dari Universitas Al-Azhar itu menilai, bahwa pengintegrasian materi pembelajaran tentang dunia teknologi pada sekolah yang menyasar anak dari keluarga tidak mampu, menjadi terobosan apik dari pemerintah.
Baca juga
Kendati demikian, terdapat sejumlah tantangan yang menurut Syamsul harus diantisipasi oleh pemerintah. Salah satu poin krusialnya tak lain adalah tentang kesiapan sumber daya manusia (SDM)-nya.
Menurut Syamsul, ketersediaan guru yang kompeten dalam bidang AI dan coding menjadi faktor penentu keberhasilan rencana tersebut.
“Pelatihan intensif bagi para guru Sekolah Rakyat akan sangat diperlukan. Kurikulum yang disusun juga harus adaptif dan disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa, agar tidak menjadi beban melainkan stimulasi,” jelasnya kepada Jurnalis astakom.com, Minggu (6/7).
Selain itu, Syamsul juga menekankan pentingnya infrastruktur digital yang memadai di 100 titik Sekolah Rakyat yang akan beroperasi pada 14 Juli 2025 itu.
Ia mengingatkan, bahwa akses internet yang stabil dan perangkat keras yang mendukung pembelajaran AI dan coding harus terjamin.
“Tanpa infrastruktur yang kuat, niat baik ini akan sulit terwujud secara optimal,” tambahnya.
Untuk itu, Syamsul memandang sinergi antar kementerian/lembaga menjadi kunci untuk mencapai tujuan besar pendirian Sekolah Rakyat, yakni menciptakan generasi bangsa untuk menyongsong visi besar Indonesia Emas 2045.
“Namun, kerja sama ini harus diterjemahkan dalam bentuk sinergi nyata dalam pengembangan kurikulum, pelatihan guru, dan penyediaan fasilitas,” tandas Syamsul.
Diberitakan sebelumnya, Sekretaris Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos, Idit Supriadi Priatna mengungkapkan bahwa pihaknya membuka peluang untuk memasukkan pembelajaran AI dan Coding di kurikulum Sekolah Rakyat.
Menurutnya, gagasan ini merupakan rancangan jangka panjang, sebagai bagian dalam mempersiapkan generasi muda yang siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
“Kemungkinan (AI dan coding masuk kurikulum Sekolah Rakyat), jadi dirancang untuk ke depan ya ini. Bukan hanya kekinian, tapi ini dipersiapkan anak-anak untuk ke depannya,” ujar Idit, Sabtu (5/7).
Idit menjelaskan, bahwa Sekolah Rakyat yang akan mulai beroperasi pada 14 Juli 2025 ini akan mengadopsi kurikulum nasional. Selain itu, beragam kegiatan ekstrakurikuler juga akan tersedia, termasuk ekstrakulikuler di bidang digital.
“Kalau kurikulum secara mayor, kurikulum nasional tentunya nanti ada muatan-muatan tambahan di ekstrakurikuler, tentunya termasuk di bidang digital,” ungkapnya.