astakom, Jakarta – Pemerintah terus menggenjot efisiensi logistik demi memperkuat kinerja perdagangan nasional. Pasalnya, tingginya biaya logistik nasional selama ini menjadi penghambat perdagangan.
Hal itu sebagaimana disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam acara peluncuran ALFI Conference and Exhibition (CONVEX) 2025, yang berlangsung di Jakarta, Rabu (2/7).
Baca juga
Airlangga berkomitmen untuk menekan biaya logistik nasional, meskipun kinerja perdagangan RI yang ditunjukkan oleh surplusnya neraca dagang hingga selama 61 bulan berturut-turut.
“Dengan ekspor yang masih positif, hari ini dilakukan kegiatan untuk mendorong logistik kita agar biaya logistik yang hari ini berada di kisaran 14,5 persen, diharapkan bisa diturunkan menjadi 12,5 persen dan terus turun ke 8 persen,” ujarnya, dikutip astakom.com, Rabu (2/7).
Airlangga menegaskan, upaya ini merupakan bagian dari arahan Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat daya saing nasional di pasar global. “Momentum deregulasi yang tengah dilakukan oleh Pemerintah juga harus dimanfaatkan secara optimal,” imbuhnya.
Dalam konteks global, Logistics Performance Index (LPI) Indonesia saat ini berada di peringkat 61 dari 139 negara. Untuk memperbaiki posisi tersebut, pemerintah tengah menyusun Rancangan Peraturan Presiden tentang Penguatan Logistik Nasional yang memuat tiga strategi utama, yakni penguatan infrastruktur, digitalisasi logistik, dan peningkatan daya saing SDM serta penyedia jasa logistik.
“Logistik meningkatkan daya saing dan dengan daya saing kita akan mampu untuk menumbuhkan ekonomi. Ekonomi tumbuh akan mendorong investasi, investasi tumbuh akan menciptakan lapangan kerja,” tegas Airlangga.