astakom, Jakarta – Dunia siber kembali diguncang oleh insiden kebocoran data besar yang menimpa NPO Mars, salah satu kontraktor pertahanan utama Rusia. Para peretas mengklaim berhasil mencuri 250 gigabyte data sensitif milik perusahaan tersebut, termasuk sistem kendali tempur yang digunakan oleh Angkatan Laut Rusia.
Astakom mengutip dari laporan investigatif Cybernews, bahwa dokumen-dokumen yang dibocorkan mencakup manual teknis, sertifikat sistem pertahanan, dan arsitektur perangkat lunak untuk berbagai kapal perang milik Rusia.
NPO Mars adalah pusat penelitian dan produksi federal Rusia yang merancang sistem kontrol otomatis untuk berbagai unit tempur, mulai dari kapal perang, kendaraan lapis baja, hingga tank. Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, perusahaan ini telah masuk dalam daftar sanksi dari AS, Uni Eropa, Kanada, Jepang, dan sejumlah negara lainnya.
Para peretas mengunggah sebagian data sebagai bukti, dengan rincian sebagai berikut:
- PDF dan manual teknis sistem SIGMA, TRASSA, dan DIEZ
- File kontrak, sertifikat sistem tempur, dan perjanjian internal
- Dokumen pembaruan sistem terbaru hingga Maret 2025
Menurut hasil penelaahan tim Cybernews, sebagian besar dokumen berasal dari tahun 2023 hingga 2025, menunjukkan bahwa data yang dibocorkan masih sangat relevan dan aktif digunakan oleh militer Rusia.
- SIGMA-20385
Sistem komando dan kontrol tempur untuk :
*Navigasi dan manuver kapal
*Pengendalian pertahanan anti-kapal selam (ASD)
*Koordinasi komunikasi dan peluncuran senjata
- TRASSA
Sistem informasi untuk:
Kapal patroli, kapal rudal, korvet, hingga kapal pendarat dan kapal perang nuklir.
- DIEZ
Sistem kontrol otomatis untuk kapal penyapu ranjau, termasuk pengendalian sensor dan pelaporan posisi ranjau laut.
Para ahli menyebut insiden ini sebagai contoh nyata bahwa perang dunia modern kini juga terjadi di dunia siber. Kebocoran seperti ini bisa digunakan oleh negara lawan untuk menganalisis kelemahan sistem militer Rusia, bahkan meniru atau menembus teknologinya.
Tim Astakom mencatat bahwa kebocoran ini berpotensi menjadi insiden siber militer terbesar tahun 2025, terlebih karena menyangkut sistem pertahanan angkatan laut, salah satu pilar utama kekuatan militer Moskow.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak NPO Mars maupun otoritas pertahanan Rusia.
Identitas pelaku masih belum diketahui pasti. Spekulasi muncul bahwa insiden ini bisa berasal dari:
- Kelompok hacktivist anti-perang
- Agen intelijen asing
- Peretas profesional untuk keuntungan ekonomi (ransom/data-for-sale)
Namun demikian, para pelaku menyebut diri mereka melakukan ini sebagai bentuk “balas dendam digital”, dan menyertakan video serta branding seperti layaknya kampanye propaganda.
Insiden kebocoran NPO Mars ini menjadi peringatan serius tentang rentannya infrastruktur militer digital, bahkan di negara sekuat Rusia. Kebocoran 250GB data militer ini tidak hanya mempermalukan sistem pertahanan Moskow, tetapi juga menunjukkan bagaimana cyberwarfare telah menjadi alat geopolitik utama di era modern.