astakom, Jakarta – Anggota Komisi VII DPR RI Yoyok Riyo Sudibyo berharap peristiwa kecelakaan turis asal Brasil Juliana Marins (27) yang berujung kematian di Gunung Rinjani menjadi insiden yang terakhir.
Untuk itu ia menekankan pentingnya evaluasi faktor pengawasan terhadap wisata ekstrem di Tanah Air. Hal ini demi memastikan pariwisata Indonesia tidak terdampak parah akibat insiden tersebut.
Baca juga
“Tentunya kita menyampaikan mendalam atas insiden jatuhnya turis asal Brasil, Juliana Marins di Gunung Rinjani. Semoga kecelakaan ini menjadi yang terakhir,” kata Yoyok Riyo Sudibyo, Senin (30/6).
Yoyok mengatakan, kejadian ini harus menjadi peringatan semua pihak agar ada peningkatan pengawasan dan pengamanan, khususnya bagi wisata ekstrem seperti Gunung Rinjani.
Terlebih, insiden pendaki jatuh di Gunung Rinjani kembali terjadi hanya berselang beberapa hari setelah kejadian Juliana. Seorang pendaki asal Malaysia jatuh di jalur menuju Danau Segara Anak Rinjani, Jumat siang (27/6).
Turis Malaysia berinisial NAH itu terpeleset di jalur menuju Danau Segara Anak Rinjani dan langsung dievakuasi kemudian dilarikan ke Puskemas Senaru. Kondisinya kini dalam keadaan baik-baik saja.
“SOP bagi wisata ekstrem perlu dievaluasi betul-betul. Pengawasan harus ditingkatkan. Harus ada pemandu atau guide tour yang dinamakan porter. Pendamping tidak boleh meninggalkan siapapun sendirian,” jelas pria yang juga memiliki hobi mendaki ini.
“Pendaki juga harus mentaati segala peraturan sebelum naik gunung, yang ditentukan di basecamp masing-masing pengelola. Biasanya peraturannya di tuliskan oleh pengelola yang dipasang di basecamp,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Yoyok mengingatkan agar pemandu atau pengelola kawasan wisata ekstrem untuk memiliki rencana yang jelas untuk menangani situasi darurat. Apalagi, kejadian di Gunung Rinjani ini bukanlah pertama kali.
“Lokasi jatuhnya Juliana bukanlah titik baru bagi kecelakaan. Kawasan yang sama juga telah mencatat beberapa insiden. Seharusnya pengelola mampu menangani situasi darurat, termasuk tertib mengenai kawasan alam dengan risiko medan dan cuaca,” tutur Yoyok.
Di sisi lain, Yoyok meminta Kementerian Pariwisata untuk melakukan kajian manajemen krisis atas insiden Juliana.
“Meskipun kejadian ini merupakan kecelakaan, kita harus pikirkan potensi dampak atas insiden tersebut. Suka tidak suka, kejadian seperti ini tentunya memukul sektor pariwisata Indonesia dan Pemerintah harus bisa mengatasinya,” tegas Legislator dari Dapil Jawa Tengah X itu.
Sebagai informasi, masyarakat Brasil berbondong-bondong memberi ulasan buruk ‘bintang satu’ di Google Maps untuk Gunung Rinjani, sebagai respons kekecewaan terhadap lambannya evakuasi terhadap Juliana.
Untuk itu, Yoyok mengingatkan agar Pemerintah segera menyiapkan langkah-langkah strategis agar insiden kecelakaan di Gunung Rinjani tidak memperburuk citra Indonesia di mata dunia.
“Sekali lagi, ini harus menjadi catatan dan pembelajaran buat Pemerintah, karena ini juga terkait dengan sektor pariwisata kita khususnya terkait turis asing. Bagaimana kita masih kurang dalam aspek keamanan bagi wisatawan,” papar Yoyok.
Anggota Komisi Pariwisata DPR itu menyebut masih banyak pekerjaan rumah (PR) bagi Pemerintah untuk meningkatkan layanan di sektor pariwisata Indonesia. Khususnya, kata Yoyok, untuk sektor wisata ekstrem.
“Kita punya banyak sekali potensi wisata, termasuk gunung-gunung yang memiliki daya tarik bagi wisatawan yang suka mendaki. Jadi harus ada pembenahan terhadap perencanaan untuk kejadian darurat agar peristiwa seperti Juliana di Gunung Rinjani tidak terjadi lagi,” urainya.
“Tidak ada yang tahu kapan kecelakaan akan terjadi, tapi kita bisa mengupayakan untuk meminimalisir insiden di kawasan wisata dengan memperkuat sisi keamanan dan faktor keselamatan bagi pengunjung,” tutup Yoyok.