astakom, Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menegaskan perannya sebagai pionir transformasi pasar keuangan nasional. Lewat inovasi pada instrumen hijau dan teknologi digital, BEI mempercepat langkah menuju bursa masa depan yang lebih berkelanjutan dan efisien.
Salah satu inisiatif kunci adalah perdagangan karbon melalui IDXCarbon. Sepanjang tahun 2024, nilai transaksi IDXCarbon tercatat sebesar Rp40 juta. Namun hanya dalam lima bulan pertama 2025, transaksi melonjak menjadi Rp55 juta.
Baca juga
“IDXCarbon di jalur yang baik untuk mencapai target transaksi sebesar Rp100 juta,” tulis manajemen BEI dalam laporan RUPST BEI 2025 yang digelar Rabu (25/6), dikutip astakom.com.
Selain itu, produk Exchange-Traded Fund (ETF) juga mencatat pertumbuhan signifikan. Pendapatan ETF sampai Mei 2025 mencapai Rp233 juta, melampaui target tahunan sebesar Rp92 juta. Structured Warrant juga menunjukkan performa stabil dengan transaksi Rp497 juta pada 2024 dan Rp232 juta hingga Mei 2025.
“Pertumbuhan ETF dan Structured Warrant memperkuat diversifikasi instrumen di pasar modal,” terang manajemen BEI.
BEI juga meluncurkan fitur SPPA Repo pada Maret 2025 sebagai bagian dari penguatan Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA). Transformasi ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan akurasi transaksi, serta memperkuat posisi BEI di pasar keuangan nasional.
Di bidang derivatif, BEI mengenalkan Kontrak Berjangka Indeks Asing. Saat ini, rata-rata transaksi mencapai 86 kontrak per hari dengan jumlah investor derivatif mencapai 345 orang. Ajakan untuk anggota bursa turut serta menjadi AB Derivatif menjadi salah satu fokus pengembangan ke depan.
Dengan berbagai pencapaian ini, BEI membuktikan diri tidak hanya sebagai penyelenggara pasar, tetapi sebagai penggerak perubahan. Langkah-langkah strategis menuju pasar yang lebih hijau, inklusif, dan digital menunjukkan bahwa BEI siap menjadi bursa masa depan bagi generasi berikutnya.