astakom, Jakarta – Malam itu, suasana Museum Nasional Indonesia mendadak berubah hangat dan penuh semangat. Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, dan jajarannya sedang melakukan diskusi dengan para pelaku usaha dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) bidang kebudayaan.
Pertemuan dengan Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Pembangunan Manusia, Kebudayaan Shinta W. Kamdani ini, bukan sekadar temu formal, perjumpaan ini menyiratkan langkah awal sebuah gerakan kolektif: memajukan kebudayaan Indonesia secara bersama-sama.
Baca juga
“Malam ini saya bertemu dengan jajaran Kementerian Kebudayaan, dengan teman-teman dari KADIN Kebudayaan yang juga merupakan pelaku usaha di bidang kebudayaan. Tentu kita bisa berkolaborasi ke depan, bersinergi dalam membuat berbagai macam kegiatan. Karena memang, pemajuan kebudayaan ini harus menjadi tanggung jawab bersama,” ujar Fadli dengan penuh keyakinan.
Pernyataan itu bukan sekadar ajakan, melainkan penegasan bahwa budaya bukan hanya urusan pemerintah atau pegiat seni semata. Ia adalah aset bersama, warisan hidup yang tumbuh subur jika dirawat oleh banyak tangan dari pemerintah, swasta, korporasi, hingga individu pelaku budaya.
Dengan menggandeng KADIN, kolaborasi ini membuka peluang konkret. Banyak di antara kader KADIN sudah lama bergelut di bidang seni rupa, seni pertunjukan, dan industri kreatif lainnya, lengkap dengan kekayaan intellectual property (IP) yang mereka miliki.
Artinya, fondasi untuk tumbuh bersama sudah ada – tinggal bagaimana memperluas skala dan memperkuat dampak.
“Ini bisa menjadi ruang kolaborasi untuk membesarkan berbagai inisiatif budaya yang sudah ada, sekaligus meng-guide program-program yang masih menengah agar bisa naik kelas dan berdampak lebih luas,” tambah Fadli.
Di tengah kekayaan budaya Indonesia yang dikenal sebagai mega-diverse, langkah ini menjadi sangat penting. Budaya Indonesia tidak kekurangan potensi ia hanya butuh ruang untuk berkembang dan ekosistem yang mendukung. Dan sinergi antara negara dan dunia usaha inilah yang dapat menjadi motor penggeraknya.
Pertemuan malam itu adalah awal dari sebuah ikhtiar besar. Bahwa untuk menjaga dan mengangkat kebudayaan Indonesia ke panggung dunia, dibutuhkan lebih dari niat baik: dibutuhkan kolaborasi nyata lintas sektor.
Pertemuan tersebut diakui Shinta W. Kamdani merupakan keinginan Kadin Indonesia untuk menjadi mitra strategis pemerintah, khususnya dalam mengembangkan ekosistem budaya nasional.
”Fokusnya mencakup promosi budaya Indonesia di dalam dan luar negeri, perlindungan terhadap warissan, serta pengembangan budaya sebagai kekuatan ekonomi baru,” ujar Shinta.
Kadin, sambung Shinta, melihat sektor budaya sebagai ruang potensial yang bukan hanya penting bagi identitas bangsa, tetapi juga relevan dalam penciptaan nilai tambah ekonomi.
”Melalui pendekatan yang terintegrasi, kebudayaan diposisikan sebagai elemen penting dalam diplomasi budaya dan ketahanan nasional,” tegasnya.
Dengan keterlibatan aktif di bidang kebudayaan, Kadin berharap dapat membuka ruang kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat posisi budaya Indonesia di panggung global, sekaligus menghadirkan manfaat nyata bagi Pembangunan nasional.