astakom, Jakarta – Pemerintah Arab Saudi memutuskan menunda pelaksanaan Program Tanazul untuk operasional haji 1446 Hijriah/2025 Masehi. Keputusan ini ditegaskan oleh Menteri Agama (Menag) RI, Nasaruddin Umar.
Program Tanazul sejatinya memungkinkan sebagian jemaah untuk meninggalkan Mina lebih awal sebelum selesainya prosesi lempar jumrah. Namun, berdasarkan pertimbangan situasi di lapangan, rencana tersebut dinilai berisiko tinggi.
Baca juga
“Setelah kami timbang, tanazul ini menjadi isu internasional juga. Kan rata-rata negara lain melakukan tanazul. Sedangkan jalan Mina tidak ada perkembangan perluasan. Sehingga nanti akan susah mengatur lalu lintas jemaah yang pulang dan pergi melakukan lempar jumrah,” jelas Menag, dikutip astakom.com, Rabu (4/6).
Menurut Menag, kekhawatiran utama adalah potensi kemacetan besar akibat tumpukan jemaah dari berbagai negara yang melakukan tanazul secara bersamaan.
Ia menyebut bahwa apabila sekitar 37.000 jemaah Indonesia menjalankan tanazul, kepadatan menuju hotel transit bisa berujung pada kekacauan (chaos), terutama karena kondisi jalan di Mina yang sempit dan belum diperluas.
“Penundaan penerapan Program Tanazul ini bertujuan untuk kemaslahatan jemaah haji Indonesia,” ujarnya.
Sebagai gantinya, jemaah haji Indonesia akan mengikuti skema awal, yaitu mabit di Mina dengan bermalam di tenda-tenda yang telah disiapkan oleh syarikah. Pemerintah Saudi juga memastikan konsumsi tetap disediakan di lokasi tersebut.
“Apabila dengan skema tanazul jemaah meninggalkan tenda dan bermalam di hotel, maka dengan penundaan tanazul ini, jemaah akan kembali ke skema awal, yaitu bermalam di tenda yang sudah disediakan untuk masing-masing jemaah,” terang Menag.
Begitu juga dengan konsumsi. Apabila skema tanazul konsumsi dipindah dan diberikan di hotel, lanjut Menag, maka dengan skema mabit di Mina, konsumsi akan diberikan di Mina.
Ia juga mengimbau jemaah untuk mematuhi jadwal lontar jumrah yang telah diatur oleh masing-masing syarikah guna mencegah kepadatan di jam-jam tertentu.
“Insya Allah semua jemaah Indonesia akan mengikuti jam-jam lempar jumrah sesuai jadwal. Kalau jemaah negara lain mungkin akan memperebutkan waktu-waktu tertentu misalnya habis zuhur,” pungkasnya.