Senin, 6 Okt 2025
Senin, 6 Oktober 2025

Tuna Talks di World Expo 2025 Osaka, Tegaskan Komitmen Perikanan Berkelanjutan Indonesia

astakom, Osaka – Paviliun Indonesia di World Expo 2025 Osaka menyelenggarakan forum bisnis pertama bertajuk Tuna Talks: Exploring Tradition, Heritage & Sustainability in Indonesia’s Tuna Fisheries, pada Jumat (2/5), minggu lalu.

Forum bisnis yang digagas Indonesia Tuna Consortium – terdiri atas Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI), Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Yayasan IPNLF Indonesia (YII), Marine Change, dan FairTrade USA (FTUSA) – dikoordinasikan Resonance Global.

Acara yang digelar bertepatan dengan Hari Tuna Sedunia 2 Mei ini, diharapkan mampu menjadi ruang dialog penting untuk mendalami praktik perikanan tuna berkelanjutan di Indonesia, serta membahas pentingnya kolaborasi internasional dan tata kelola laut berkelanjutan.

Strategic Lead Indonesia Tuna Consortium Tilma Komaling menegaskan nilai ekonomi dari tuna bukan hanya terletak pada besarnya volume ekspor.

”Setiap irisan Sashimi Tuna bukan sekadar hasil perdagangan – itu adalah simbol perjuangan nelayan, harapan keluarga, dan komitmen dua negara dalam membangun Ekonomi Biru yang berkelanjutan,” ujar Tilma.

Selanjutnya, Perwakilan Seafood Legacy Aiko Yamauchi turut menyoroti peran Indonesia sebagai mitra utama dalam rantai pasok tuna global.

”Indonesia saat ini menjadi salah satu pemasok tuna terbesar kedua untuk pasar Jepang, dari total ekspor global sebesar 52,7 ribu ton,” ungkap Aiko.

Salah satu praktik penangkapan ikan yang didalami dalam forum ini adalah metode tradisional Huhate atau pancing joran, yang sering diterapkan di Maluku, Ternate, dan Tidore.

Metode ini dianggap lebih ramah lingkungan karena hanya menangkap ikan berukuran besar, menghindari tangkapan sampingan atau bycatch, dan tidak merusak habitat laut.

Sementara Kai García Neefjes YII menyampaikan Indonesia dapat belajar banyak dari praktik Jepang. “Salah satu hal yang kami pelajari dari Jepang adalah bagaimana mereka mengelola perikanan tuna dengan sangat hati-hati,” ujarnya.

Mereka, lanjut Kai, memiliki sistem yang memastikan umpan tetap hidup di atas kapal lebih lama, sehingga memungkinkan nelayan menangkap ikan dengan cara yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

”Kami ingin mengadaptasi beberapa teknik ini ke Indonesia untuk meningkatkan kualitas tangkapan nelayan lokal tanpa merusak ekosistem laut,” jelasnya.

Sri Sumiati Jalil dari MDPI menambahkan penguatan kelembagaan komunitas nelayan juga menjadi kunci menuju perikanan yang lebih adil.

Menurut Sumiati, perekonomian berkelanjutan dimulai dari pengorganisasian komunitas nelayan dalam koperasi, yang memungkinkan mereka mengurangi ketergantungan pada perantara lokal.

”Dengan menciptakan rantai pasokan yang lebih pendek dan lebih menguntungkan, mereka bisa mendapatkan manfaat langsung dari hasil tangkapan mereka dan meminimalisir kerugian,” terangnya.

Forum bisnis Tuna Talk ini menjadi upaya Indonesia memperkuat posisi sebagai negara kepulauan dengan berkomitmen terhadap pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan.

Hal ini, sekaligus menunjukkan praktik lokal seperti Huhate menjadi contoh nyata praktik ekonomi biru yang seimbang secara ekologis, ekonomi, dan sosial.

”Partisipasi Indonesia dalam World Expo 2025 Osaka ini tidak hanya menampilkan kekayaan alam dan budaya, tetapi juga untuk menggali potensi investasi dan kolaborasi dengan negara-negara lain,” pungkas Direktur Pavilion Indonesia Didik Darmanto.
Tuna Talks di World Expo 2025 Osaka, Tegaskan Komitmen Perikanan Berkelanjutan Indonesia

astakom, Osaka – Paviliun Indonesia di World Expo 2025 Osaka menyelenggarakan forum bisnis pertama bertajuk Tuna Talks: Exploring Tradition, Heritage & Sustainability in Indonesia’s Tuna Fisheries, pada Jumat (2/5), minggu lalu.

Forum bisnis yang digagas Indonesia Tuna Consortium – terdiri atas Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI), Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Yayasan IPNLF Indonesia (YII), Marine Change, dan FairTrade USA (FTUSA) – dikoordinasikan Resonance Global.

Acara yang digelar bertepatan dengan Hari Tuna Sedunia 2 Mei ini, diharapkan mampu menjadi ruang dialog penting untuk mendalami praktik perikanan tuna berkelanjutan di Indonesia, serta membahas pentingnya kolaborasi internasional dan tata kelola laut berkelanjutan.

Strategic Lead Indonesia Tuna Consortium Tilma Komaling menegaskan nilai ekonomi dari tuna bukan hanya terletak pada besarnya volume ekspor.

”Setiap irisan Sashimi Tuna bukan sekadar hasil perdagangan – itu adalah simbol perjuangan nelayan, harapan keluarga, dan komitmen dua negara dalam membangun ekonomi biru yang berkelanjutan,” ujar Tilma.

Selanjutnya, Perwakilan Seafood Legacy Aiko Yamauchi turut menyoroti peran Indonesia sebagai mitra utama dalam rantai pasok tuna global.

”Indonesia saat ini menjadi salah satu pemasok tuna terbesar kedua untuk pasar Jepang, dari total ekspor global sebesar 52,7 ribu ton,” ungkap Aiko.

Salah satu praktik penangkapan ikan yang didalami dalam forum ini adalah metode tradisional Huhate atau pancing joran, yang sering diterapkan di Maluku, Ternate, dan Tidore.

Metode ini dianggap lebih ramah lingkungan karena hanya menangkap ikan berukuran besar, menghindari tangkapan sampingan atau bycatch, dan tidak merusak habitat laut.

Sementara Kai García Neefjes YII menyampaikan Indonesia dapat belajar banyak dari praktik Jepang. “Salah satu hal yang kami pelajari dari Jepang adalah bagaimana mereka mengelola perikanan tuna dengan sangat hati-hati,” ujarnya.

Mereka, lanjut Kai, memiliki sistem yang memastikan umpan tetap hidup di atas kapal lebih lama, sehingga memungkinkan nelayan menangkap ikan dengan cara yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

”Kami ingin mengadaptasi beberapa teknik ini ke Indonesia untuk meningkatkan kualitas tangkapan nelayan lokal tanpa merusak ekosistem laut,” jelasnya.

Sri Sumiati Jalil dari MDPI menambahkan penguatan kelembagaan komunitas nelayan juga menjadi kunci menuju perikanan yang lebih adil.

Menurut Sumiati, perekonomian berkelanjutan dimulai dari pengorganisasian komunitas nelayan dalam koperasi, yang memungkinkan mereka mengurangi ketergantungan pada perantara lokal.

”Dengan menciptakan rantai pasokan yang lebih pendek dan lebih menguntungkan, mereka bisa mendapatkan manfaat langsung dari hasil tangkapan mereka dan meminimalisir kerugian,” terangnya.

Forum bisnis Tuna Talk ini menjadi upaya Indonesia memperkuat posisi sebagai negara kepulauan dengan berkomitmen terhadap pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan.

Hal ini, sekaligus menunjukkan praktik lokal seperti Huhate menjadi contoh nyata praktik ekonomi biru yang seimbang secara ekologis, ekonomi, dan sosial.

”Partisipasi Indonesia dalam World Expo 2025 Osaka ini tidak hanya menampilkan kekayaan alam dan budaya, tetapi juga untuk menggali potensi investasi dan kolaborasi dengan negara-negara lain,” pungkas Direktur Pavilion Indonesia Didik Darmanto.

Ikuti perkembangan berita terkini ASTAKOM di GOOGLE NEWS

Feed Update

Gandeng Terawan, RSPPN Soedirman Resmikan Layanan DSA Radiologi Intervensi

astakom.com, Jakarta – Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Jenderal Soedirman resmi bekerja sama dengan Prof. Dr. dr. Terawan Agus Putranto untuk menghadirkan layanan...

HUT ke-80 TNI Bawa Berkah ke Masyarakat, Penjual Batagor dan Cilok Laku Keras

astakom, Jakarta — Para pedagang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mengaku bersyukur karena dagangan mereka laris manis pada acara peringatan HUT ke-80 Tentara...

Baret Biru TNI di Kongo Pegang Teguh Amanat Prabowo: Seribu Kawan Terlalu Sedikit

astakom, Jakarta — Komandan Satuan Tugas Pasukan Gerak Cepat (BGC) TNI untuk misi perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo, Kolonel Infanteri Fardin Wardhana, menegaskan...

Sinyal Presiden Prabowo, Kepemimpinan TNI Harus Berdasar Keteladanan dan Prestasi, Bukan Senioritas

astakom, Jakarta – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto memberikan sinyal kepada seluruh TNI bahwa kepemimpinan di tubuh TNI itu berdasakan keteladanan dan Prestasi dan...

Prabowo: TNI Adalah Benteng NKRI di Tengah Ketidakpastian Global

astakom.com, Jakarta - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menegaskan bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan benteng utama pertahanan negara di tengah dinamika dan ketidakpastian...

Prabowo Ingatkan TNI Butuh Pemimpin Teladan, Bukan yang Asal Pangkat

astakom.com, Jakarta — Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menegaskan pentingnya kepemimpinan yang profesional, berintegritas, dan penuh teladan di tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Hal...

Viral