astakom, Jakarta – Indonesia merayakan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) setiap tanggal 2 Mei. Tapi, tahukah kamu kenapa tanggal itu dipilih?
Ternyata, tanggal tersebut dipilih lantaran bertepatan dengan hari lahir Ki Hajar Dewantara, tokoh besar dalam sejarah pendidikan Indonesia. Beliau dikenal sebagai pelopor pendidikan bagi rakyat kecil pada masa penjajahan Belanda.
Baca juga
Ki Hajar Dewantara percaya bahwa semua orang, tanpa memandang status sosial, berhak mendapatkan pendidikan. Ia mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922, sebuah sekolah yang mengutamakan pendidikan karakter dan kebangsaan.
Di masa itu, akses pendidikan sangat terbatas, hanya kalangan bangsawan atau orang Belanda yang bisa sekolah. Jadi, langkah Ki Hajar waktu itu benar-benar revolusioner banget!
Salah satu ajaran terkenal Ki Hajar adalah: Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Artinya, di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan.
Filosofi ini hingga sekarang masih terus relevan dan dipakai dalam dunia pendidikan Indonesia, bahkan jadi semboyan resmi Kementerian Pendidikan.
Penetapan Hardiknas dilakukan melalui Keputusan Presiden RI Nomor 316 Tahun 1959. Artinya, sejak tahun itu, tanggal 2 Mei diperingati secara nasional sebagai momen refleksi tentang pentingnya pendidikan.
Tapi peringatan ini bukan cuma soal upacara, lho. Ini waktu yang pas buat kita semua—terutama Gen Z—untuk mikir, “Gimana sih kondisi pendidikan sekarang? Apa kita sudah ikut berkontribusi?”
Di era digital sekarang, pendidikan sudah jauh lebih maju dan terbuka. Kita bisa belajar dari mana saja lewat internet, media sosial, bahkan YouTube dan podcast.
Tapi tantangannya juga makin besar: hoaks, budaya instan, hingga tekanan mental dari sistem belajar yang kadang masih kaku. Jadi, semangat Hardiknas perlu banget dihidupkan dengan cara yang relevan buat zaman sekarang.
Sebagai generasi digital, Gen Z punya peran penting untuk terus menghidupkan semangat belajar. Belajar itu bukan cuma soal nilai, tapi juga tentang mengembangkan diri, peduli sama sekitar, dan siap menghadapi masa depan.
Pendidikan hari ini bukan lagi soal hafalan, tapi bagaimana kita bisa berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.
Merayakan Hardiknas bisa dengan berbagai cara: ikut diskusi, bikin konten edukatif, atau bahkan sekadar membaca buku yang memperluas wawasan.
Intinya, hari ini jadi pengingat bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah masa depan—bukan hanya buat diri sendiri, tapi juga buat bangsa.
Jadi, jangan cuma anggap Hardiknas sebagai tanggal di kalender dan pelajar diwajibkan upacara.
Jadikan itu momen untuk terus bertumbuh, berkontribusi, dan membawa semangat Ki Hajar Dewantara ke masa depan. Karena di tangan Gen Z-lah, masa depan Indonesia emas 2045 akan terwujud.