astakom.com, Jakarta – Prospek harga perak dinilai semakin cerah seiring melonjaknya permintaan dari sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) dan kendaraan listrik (EV). Hal itu sebagaimana disampaikan Financial Analyst Finex, Brahmantya Himawan.
Menurut Brahmantya, lonjakan kebutuhan dari dua sektor tersebut diperkirakan akan menciptakan tekanan struktural terhadap pasokan global, yang berpotensi mendorong harga perak naik dalam jangka menengah hingga panjang.
“Panel surya dan Mobil Listrik merupakan katalis besar bagi kenaikan permintaan perak dunia. Rata-rata 1 gigawatt (GW) panel surya menyerap 10 ton perak, sementara satu unit kendaraan listrik mengandung 25–50 gram perak,” ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip astakom.com, Rabu (8/10).
Ia menambahkan, seiring meningkatnya adopsi teknologi ramah lingkungan tersebut, pasar perak global akan menghadapi tekanan permintaan struktural yang signifikan.
Berdasarkan data GlobalData, kapasitas instalasi panel surya dunia kini telah menembus 550 GW per tahun, setara kebutuhan sekitar 5.500 ton perak. Sementara itu, penjualan kendaraan listrik global yang mencapai 20 juta unit per tahun menyerap tambahan 500–1.000 ton perak.
Namun, di sisi lain, pasokan perak global tidak tumbuh sebanding. Meksiko sebagai produsen perak terbesar dunia bahkan melaporkan penurunan produksi dua digit dalam satu dekade terakhir akibat keterbatasan cadangan tambang.
Ketimpangan tersebut, kata Brahmantya, menimbulkan defisit pasokan tahunan dan menjaga tren kenaikan harga. “Saat ini, harga perak berada di kisaran 42–48 Dolar AS per ons, meningkat sekitar 30 persen dibandingkan tahun lalu,” tuturnya.
Ia menilai, momentum Transisi Energi membuka peluang baru bagi diversifikasi aset Logam Mulia. Selain fungsi tradisionalnya sebagai aset lindung nilai saat krisis, kini perak mendapat dorongan baru dari sektor teknologi hijau.
“Kombinasi ini bisa menciptakan siklus kenaikan harga jangka panjang. Investor perlu jeli melihat peluang diversifikasi portofolio melalui instrumen berbasis logam mulia,” ujar Brahmantya.
Dalam jangka menengah, ia memperkirakan prospek harga perak tetap positif, didukung tren peningkatan investasi energi terbarukan dan kendaraan listrik di kawasan Asia Pasifik. Namun, fluktuasi kebijakan energi global dan produksi tambang masih berpotensi menimbulkan volatilitas baru di pasar komoditas.
Gen Z Takeaway
Perak sekarang nggak cuma soal perhiasan, tapi juga jadi “bahan bakar” buat masa depan Energi Hijau! Permintaan dari panel surya dan mobil listrik lagi gila-gilaan, bikin pasokan global mulai keteteran dan harga perak naik sekitar 30 persen dibanding tahun lalu.
Buat investor, ini sinyal kalau perak bukan cuma aset aman saat krisis, tapi juga peluang cuan dari tren teknologi hijau yang lagi hot banget. Jadi, siapa tahu next big thing di dunia investasi bukan emas—tapi perak yang makin bersinar.
Ikuti perkembangan berita terkini ASTAKOM di GOOGLE NEWS