astakom.com, Lombok – Perhelatan Pertamina Grand Prix of Indonesia atau MotoGP Mandalika 2025 kembali menghadirkan sesuatu yang unik dengan digelarnya prosesi adat betabeq di Pertamina Mandalika International Circuit, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Selasa malam (30/9).
Tradisi betabeq merupakan tradisi khas Lombok yang dilakukan untuk meminta izin dan doa restu dari tokoh agama, tokoh masyarakat, serta warga sekitar agar ajang MotoGP Mandalika 2025 yang akan berlangsung di sirkuit kebanggaan Indonesia dapat berjalan lancar dan sukses.
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Muhammad Iqbal menegaskan, tradisi betabeq bukan sekadar seremoni belaka, melainkan sebuah kehormatan yang meneguhkan identitas budaya untuk menyambut ajang Balap Motor bertaraf internasional tersebut.
“MotoGP di Mandalika adalah ajang dunia, tetapi kita tidak boleh melepaskan akar budaya kita. Dengan betabeq, kita menunjukkan kepada dunia bahwa Lombok memiliki tradisi luhur, penuh makna, dan selalu mengutamakan kebersamaan,” kata Lalu Muhammad dalam keterangan resmi, dikutip astakom.com, Rabu (1/10).
Dia pun berharap doa restu dari para ulama dan masyarakat dapat mengiringi suksesnya MotoGP Mandalika 2025. Hal ini juga menjadi pesan bahwa pembangunan pariwisata di NTB, termasuk Sport Tourism senantiasa berpijak pada nilai-nilai kearifan lokal.
Hal senada disampaikan Chairman Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025, Troy Reza Warokka. Menurutnya, betabeq yang dihadiri jajaran pejabat daerah, ulama, tokoh masyarakat, ITDC, MGPA, hingga wisatawan asing ini menjadi nilai tambah yang membedakan Mandalika dari seri balap lain di dunia.
“MotoGP adalah ajang global yang ditonton jutaan pasang mata, tetapi di Mandalika kita punya sesuatu yang lebih, yakni budaya dan tradisi. Betabeq menjadi simbol harmoni antara dunia internasional dengan masyarakat lokal,” ucap Troy.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap langkah persiapan bukan hanya soal teknis balap, tapi juga tentang penghormatan pada nilai-nilai yang hidup di masyarakat. Inilah yang membuat Mandalika istimewa di mata dunia,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Utama Mandalika Grand Prix Association (MGPA), Priandhi Satria menambahkan bahwa tradisi ini merupakan wujud komitmen penyelenggara untuk selalu menyatu dengan masyarakat. Sebab ia menegaskan, MotoGP Mandalika merupakan milik masyarakat Lombok dan NTB secara keseluruhan.
“Tradisi betabeq ini adalah bentuk penghormatan kami kepada masyarakat, karena kami percaya tanpa dukungan dan doa restu mereka, tidak mungkin perhelatan sebesar MotoGP dapat berjalan lancar. Dengan ini, kami ingin menunjukkan bahwa MotoGP di Mandalika bukan hanya tentang balapan, tetapi juga tentang kebersamaan, doa, dan budaya,” tandasnya.
Gen Z Takeaway
MotoGP Mandalika 2025 vibes beda banget! Gak cuma soal motor kenceng, tapi juga ada tradisi adat Lombok “betabeq” buat minta doa restu biar race berjalan lancar. Dari gubernur, ulama, sampai masyarakat lokal ikut serta—bikin Ajang Internasional ini makin terasa Indonesia banget. Mandalika bukan cuma balapan, tapi juga panggung budaya!
Ikuti perkembangan berita terkini ASTAKOM di GOOGLE NEWS