astakom.com, New York — Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyampaikan pesan perdamaian dan persatuan dari Indonesia untuk dunia dalam pidatonya pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 di New York, Amerika Serikat, Selasa (23/9).
“Saya ajukan kepada Sidang ini pesan harapan dan optimisme, yang berpijak pada tindakan dan eksekusi. Hari ini kita telah mendengar pidato Presiden Sidang Umum PBB. Ya, benar apa yang beliau katakan, tanpa PBB, tak ada negara yang merasa aman. Kita memerlukan PBB, dan Indonesia akan terus mendukungnya. Walau kita masih berjuang, kita tahu dunia memerlukan PBB yang kuat,” kata Prabowo.
Prabowo kemudian mengingatkan tantangan global yang terus meningkat, mulai dari krisis pangan, energi, hingga air. Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya berusaha memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi dunia.
“Populasi dunia terus bertambah. Planet kita tertekan. Krisis pangan, energi, dan air menghantui banyak bangsa. Kami memilih menjawab tantangan ini langsung di rumah dan membantu ke luar negeri sejauh kami mampu. Tahun ini, Indonesia mencatat produksi beras dan cadangan pangan tertinggi dalam sejarah. Kami kini swasembada beras dan mulai mengekspor ke negara lain yang membutuhkan, termasuk Palestina,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa Indonesia tengah membangun rantai pasok pangan yang tangguh dengan meningkatkan produktivitas petani serta mengembangkan pertanian ramah iklim.
“Kami yakin dalam beberapa tahun Indonesia akan menjadi lumbung hijau dunia,” paparnya.
Ancaman Perubahan Iklim
Selain isu pangan, Prabowo juga menyinggung ancaman perubahan iklim, yang dampaknya sudah dirasakan langsung oleh Indonesia sebagai negara kepulauan.
“Sebagai negara kepulauan terbesar, kami sudah merasakan langsung dampak perubahan iklim, khususnya naiknya permukaan laut. Di pantai utara ibu kota kami, permukaan laut naik lima sentimeter setiap tahun. Bisakah Anda bayangkan sepuluh tahun lagi? Dua puluh tahun lagi? Karena itu, kami terpaksa membangun tanggul laut sepanjang 480 kilometer. Mungkin butuh 20 tahun, tetapi kami harus memulainya sekarang,” terang Prabowo.
Ia menegaskan bahwa komitmen Indonesia menghadapi krisis iklim tidak sebatas slogan, tetapi diwujudkan melalui aksi nyata. “Kami berkomitmen pada Perjanjian Paris. Kami menargetkan emisi nol bersih pada 2060 dan yakin dapat mencapainya lebih cepat. Kami menargetkan reforestasi lebih dari 12 juta hektare hutan terdegradasi, mengurangi deforestasi, dan memberdayakan masyarakat lokal dengan lapangan kerja hijau,” ungkapnya.
Kemduain Prabowo menyampaikan komitmen Indonesia dalam transisi energi berkelanjutan serta tujuan besar untuk mengangkat taraf hidup masyarakat.
“Indonesia beralih dari pembangunan berbasis bahan bakar fosil menuju energi terbarukan. Mulai tahun depan, sebagian besar kapasitas pembangkit listrik baru kami akan berasal dari energi terbarukan. Tujuan kami jelas: mengangkat seluruh masyarakat keluar dari kemiskinan dan menjadikan Indonesia pusat solusi ketahanan pangan, energi, dan air,” pungkasnya.
Gen Z Takeaway
Presiden Prabowo berpidato di Sidang Umum PBB ke-80 di New York. Di Hadapan para pemimpin dunia Presiden ingatkan pentingnya aksi dan tindakan nyata, atasi berbagai krisis: energi, pangan, dan air. Ia juga sebut Indonesia terpaksa bangun tanggul laut raksasa. Di bidang pangan, Indonesia terus kembangkan pertanian ramah iklim.