astakom.com, Jakarta — Komisi IX DPR RI menggelar audiensi bersama Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA), Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), dan Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI).
Pertemuan ini membahas evaluasi sekaligus rekomendasi bagi pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sudah berjalan belakangan ini.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Putih Sari dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), menilai program yang baru berjalan sembilan bulan itu masih menghadapi banyak tantangan.
Anak buah Prabowo ini menekankan bahwa Badan Gizi Nasional (BGN) sebagai penyelenggara masih berada pada tahap awal pembentukan dan belum memiliki struktur yang sepenuhnya mapan.
“Baru sembilan bulan, wajar kalau masih banyak kekurangan. BGN ini kan badan baru, perangkatnya pun masih terpusat di pusat, belum ada perwakilan di daerah,” ujarnya, Selasa (23/9).
Meski begitu, ia melihat sejumlah daerah mulai menunjukkan kemajuan koordinasi lintas instansi. Salah satu contoh datang dari Batam, di mana dinas kesehatan dan pendidikan sudah bekerja sama menangani kasus-kasus gizi.
Putih menegaskan, persoalan gizi dan kesehatan di Indonesia sangat kompleks, terlebih dalam upaya menyiapkan generasi emas 2045. Menurutnya, kesadaran masyarakat terkait gizi seimbang masih rendah, terutama dalam konsumsi buah dan sayur.
Politisi Gerindra itu juga menyoroti kebutuhan tambahan SDM di bidang gizi agar program MBG berjalan lebih optimal. Ia menekankan, rekomendasi hasil audiensi tidak hanya ditujukan kepada BGN, tetapi juga kepada kementerian terkait, termasuk Kementerian Kesehatan.
“Ini catatan penting, tidak hanya untuk BGN sebagai penyelenggara, tapi juga kementerian lain dalam hal sosialisasi gizi. Pemenuhan SDM kesehatan di bidang gizi juga harus didorong,” pungkasnya.
Gen Z Takeaway
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) masih “bayi” banget baru 9 bulan jalan, jadi wajar kalau banyak bolongnya. BGN sebagai pelaksana juga masih baru, belum punya cabang di daerah. Tapi ada progres, misalnya Batam udah bisa kolab antar-dinas. PR terbesarnya: tingkatin kesadaran soal gizi seimbang + tambah SDM gizi biar target Generasi Emas 2045 nggak cuma jadi wacana.