astakom.com, Jakarta – Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Agustus 2025 mencatatkan defisit sebesar Rp321,6 triliun atau 1,35 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“Defisit APBN Rp321,6 triliun atau 1,35 persen terhadap Produk Domestik Bruto,” kata Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, dikutip astakom.com, Senin (22/9).
Meski begitu, keseimbangan primer masih mencatatkan surplus Rp22 triliun. Untuk itu, Purbaya menilai kondisi ini menandakan perlunya percepatan belanja pemerintah agar sesuai desain APBN 2025.
“Jadi kalau dilihat dari sini sih harusnya kan negatif keseimbangan primer sampai akhir tahun, indikasinya adalah masih ada belanja pemerintah yang mesti dipercepat lagi supaya keseimbangan primernya sesuai dengan desain waktu kita buat anggaran tahun 2025,” jelasnya.
Dari sisi pendapatan negara, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasinya hingga Agustus 2025 tercatat Rp1.638,7 triliun, atau 58,2 persen dari outlook APBN 2025.
Sementara untuk realisasi belanja negara mencapai Rp1.960,3 triliun atau 55,6 persen dari target di dalam APBN 2025. Dari jumlah itu, Rp1.388,8 triliun merupakan belanja pemerintah pusat, sementara Rp571,5 triliun berupa transfer ke daerah (TKD).
Gen Z Takeaway
APBN sampai Agustus 2025 udah defisit Rp321,6 triliun (1,35 persen PDB), tapi ada sisi positif: keseimbangan primer masih surplus Rp22 triliun. Artinya, pemerintah sebenarnya punya ruang fiskal, tapi Menkeu Purbaya bilang belanja harus dipercepat biar sesuai desain APBN 2025.
Pendapatan negara udah tembus Rp1.638,7 triliun (58,2% target), sedangkan belanja Rp1.960,3 triliun. Intinya, duit negara masih ngalir, tapi butuh strategi belanja yang lebih ngebut biar target fiskal tetap on track.
