astakom.com, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) diproyeksikan masih memiliki peluang untuk melanjutkan penguatan pada perdagangan di awal pekan ini, Senin (22/9).
Indeks harga saham nasional diperkirakan menguji level 8.102–8.125 setelah ditutup menguat 0,53 persen ke posisi 8.051 pada akhir pekan lalu, Jumat (19/9).
Tim analis MNC Sekuritas menilai pergerakan IHSG saat ini masih berada dalam fase penguatan. Hal itu tercermin dari posisi IHSG yang kini masih berada pada bagian dari wave [iii] dari wave 3, sehingga
“IHSG masih berpeluang menguat ke level 8.102-8.125. Namun waspadai, worst case IHSG sudah menyelesaikan wave [b] dari wave 2,” ujar Tim Riset MNC Sekuritas, dikutip astakom.com, Senin (22/9).
Untuk perdagangan hari ini, MNC Sekuritas memproyeksikan level support IHSG berada di kisaran 7.899 dan 7.848. Sementara level resistance ada di rentang 8.063–8.098.
Sementara itu, Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata menilai katalis utama pergerakan pasar ke depan akan datang dari arah kebijakan fiskal dan moneter di tahun 2026 mendatang.
Menurutnya, usai reshuffle Menteri Keuangan dan keputusan Bank Indonesia memangkas suku bunga, perhatian pelaku pasar kini tertuju pada peta fiskal 2026 serta koordinasi antara Kementerian Keuangan dan BI.
“Pasar akan melihat bagaimana ukuran stimulus, target defisit, dan mekanisme penyaluran agar tidak mengikis kredibilitas fiskal,” kata Liza dalam analisisnya, dikutip astakom.com, Senin (22/9).
Ia juga menyoroti realisasi pemimdahan dana negara sebesar Rp200 triliun dari bank sentral ke bank-bank milik negara atau himbara.
Kebijakan tersebut, kata Liza, perlu dipantau dampaknya pada net interest margin (NIM), loan to deposit ratio (LDR), serta suku bunga kredit agar benar-benar mampu memperkuat sektor riil.
Selain faktor domestik, Liza juga menilai pemangkasan suku bunga bank senteral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) dapat memicu derasnya capital inflow ke emerging market, termasuk Indonesia.
Hal ini sejalan dengan net buy asing yang mencapai Rp2,86 triliun pada perdagangan Jumat pekan kemarin, dan Rp3,03 triliun sepanjang sepekan terakhir. Angka tersebut berbanding terbalik dengan pekan sebelumnya yang mencatatkan net sell Rp6,59 triliun.
Menurut Liza, pasar juga akan menantikan kinerja emiten kuartal III dan IV 2025, khususnya yang sensitif terhadap suku bunga, guna mengukur efektivitas pelonggaran moneter. Sentimen ini, kata dia, bisa lanjut jika narasi pemangkasan berlanjut, ditambah bukti penyaluran likuiditas ke kredit muncul di data high-frequency.
“Dalam tiga-enam bulan, rerating membutuhkan kejelasan kebijakan fiskal 2026, bukti nyata dampak kebijakan pada penyaluran kredit dan laba perusahaan, serta kehati-hatian disiplin fiskal. Tanpa itu, reshuffle dan paket stimulus ekonomi 2025 tetap netral,” pungkasnya.
Gen Z Takeaway
IHSG lagi on fire, masih ada peluang naik ke level 8.100-an setelah minggu lalu ditutup hijau. Tapi tetep, ada faktor X yang kudu diperhatiin: kebijakan fiskal 2026, reshuffle Menkeu, sampai efek pemangkasan bunga BI dan The Fed.
Duit asing juga udah balik masuk triliunan, jadi vibes pasar makin positif. Intinya, market bisa bullish terus asal pemerintah + BI bisa buktiin stimulus beneran nyampe ke kredit & bikin ekonomi jalan.