astakom.com, Jakarta – Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. Dante Saksono Harbuwono menekankan bahwa diplomasi kesehatan bukan hanya menjadi ranah pejabat tinggi negara, tetapi juga peran penting ASN yang mewakili Indonesia di berbagai forum internasional.
Hal itu disampaikan saat membuka Pelatihan Diplomasi Kesehatan Global Batch 2 yang digelar di Jakarta, Rabu (17/9). Kegiatan ini bertujuan memperkuat kapasitas Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Kesehatan agar mampu berperan aktif dalam tata kelola kesehatan global.
“Diplomasi bukan semata-mata tugas Menteri atau Duta besar. Rekan-rekan ASN Kementerian Kesehatan juga merupakan diplomat kesehatan Indonesia. Anda mewakili bangsa ini dalam setiap presentasi, diskusi, dan kolaborasi lintas negara,” ujarnya.
Wamenkes menjelaskan, diplomasi kesehatan Indonesia berfokus pada tiga poros utama: geopolitik, bisnis dan investasi, serta person-to-person collaboration. Strategi ini diwujudkan melalui peningkatan representasi di organisasi global, penguatan jejaring dengan mitra internasional, serta perluasan kerja sama riset dan pengiriman tenaga kesehatan ke luar negeri.
Saat ini Indonesia memiliki 30 MoU government to government aktif, 8 MoU dalam tahap penjajakan, dan menempati posisi penting di dewan kesehatan internasional seperti Gavi, Global Fund, Stop TB Partnership, dan CEPI. Indonesia juga menunjukkan solidaritas global dengan komitmen pendanaan lebih dari USD 70 juta melalui WHO Investment Round, Gavi, Global Fund, dan CEPI.
“Kita akan belajar menyusun position paper, menyampaikan intervention statement, berbicara percaya diri di forum multilateral, dan membangun konsensus melalui diplomasi. Semua keterampilan ini akan membuat kita lebih siap berperan aktif dalam tata kelola kesehatan global,” tambah Prof. Dante.
Wamenkes turut menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Luar Negeri, WHO, Kedutaan Besar Australia, PROSPERA, serta mitra internasional lain yang mendukung pelatihan ini.
“Saya berharap para peserta dapat melihat dirinya sebagai diplomat kesehatan Indonesia yang berani bicara, cerdas bernegosiasi, dan mampu membawa kepentingan nasional ke kancah global,” pungkasnya.
Perwakilan Duta Besar Swedia, Daniel Blockert, menyambut baik inisiatif Kemenkes. Menurutnya, isu kesehatan kini bersifat lintas batas sehingga membutuhkan kolaborasi internasional.
“Saya berharap dapat berbagi pengalaman tentang apa yang telah dilakukan Swedia, sehingga dapat memperkaya perspektif dan praktik diplomasi kesehatan di Indonesia,” ungkapnya.
Pelatihan Diplomasi Kesehatan Global Batch 2 berlangsung selama dua hari dengan agenda pembelajaran praktis, termasuk simulasi penyusunan position paper, penyampaian intervention statement, hingga keterampilan membangun konsensus di forum multilateral.
Gen Z Takeaway
Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dante Saksono Harbuwono bilang, ASN bisa jadi diplomat kesehatan global. Menurutnya yang bisa berdiplomasi bukan cuma para pejabat, ASN pun bisa mewakili Indonesia di forum internasional. Apalagi Indonesia punya banyak perjanjian kerja sama dengan banyak negara.