astakom.com, Jakarta – Pakar Hukum Tata Negara, Mohammad Mahfud MD memberikan apresiasi tinggi terhadap langkah Presiden Prabowo Subianto yang merombak sejumlah posisi menteri di Kabinet Merah Putih pada Senin (8/9).
Mahfud menilai, reshuffle kabinet kali ini bukan sekadar pergantian pejabat, melainkan sinyal politik yang kuat bahwa Presiden mendengar aspirasi rakyat, sehingga pantas diapresiasi.
“Alhamdulillah, kalau saya boleh memberi isyarat atas kegembiraan saya ini, saya beri dua jempol, dua jempol untuk Pak Prabowo. Kalau ada sisanya nanti untuk berikutnya,” ujar Mahfud dalam kanal YouTube pribadinya, Mahfud MD Official, dikutip astakom.com, Selasa (9/9).
Reshuffle Pasca Gejolak Aksi Massa
Mahfud menilai, keputusan Prabowo merombak kabinet tidak bisa dilepaskan dari gelombang demonstrasi besar-besaran yang melanda berbagai daerah pada 25–31 Agustus 2025.
Unjuk rasa yang diwarnai kerusuhan tersebut, menurut mantan Menko Polhukam tersebut, menjadi titik balik bagi pemerintah untuk merespons lebih cepat suara-suara publik.
“Kenapa dua jempol? Karena dengan adanya reshuffle ini, yang didahului dengan penyelesaian cepat terhadap kerusuhan-kerusuhan dari demo itu, berarti Pak Prabowo sudah mulai mau mendengar aspirasi masyarakat,” jelas Mahfud.
Ia mengungkapkan, selama ini ada kesan bahwa Prabowo sulit diakses oleh suara rakyat. Ada dua kemungkinan yang ia lihat. Pertama, aspirasi publik terhalang pihak-pihak tertentu sehingga tidak sampai kepada Presiden. Kedua, ada menteri yang gagal menerjemahkan aspirasi rakyat dengan baik.
“Satu, pesan ini (mungkin) tidak sampai kepada Pak Prabowo karena terlalu ada yang memagari. Lalu, yang kedua, para menteri ini nggak ngerti apa aspirasi masyarakat itu sesungguhnya dan bagaimana mengelolanya, sehingga macet terus,” kata Mahfud.
Menurutnya, setelah aksi massa yang meluas, Presiden Prabowo menunjukkan sikap responsif dengan mengambil keputusan cepat. “Sekarang sesudah terjadi demo dan kerusuhan dimana-mana, Pak Prabowo langsung merespon,” tambah pria asal Madura itu.
Dukungan Sikap Tegas Presiden
Sebagai mantan pejabat tinggi negara, Mahfud menilai reshuffle ini bisa menjadi momentum penting bagi Prabowo untuk memperbaiki performa pemerintahannya. Ia memandang langkah ini sebagai quick win solution yang bisa meredam keresahan masyarakat sekaligus memperkuat fondasi kabinet.
Menurut Mahfud, meredakan kekacauan sosial politik tidak cukup hanya dengan retorika. Butuh langkah nyata, salah satunya mengganti pejabat yang dinilai tidak maksimal. Karena itu, ia memuji keberanian Prabowo mengambil keputusan meski usia pemerintahannya belum genap satu tahun.
Dalam pandangannya, keputusan reshuffle kali ini menunjukkan gaya kepemimpinan yang lebih adaptif. Hal ini penting untuk menjaga stabilitas, terutama di tengah tantangan ekonomi, sosial, dan politik yang sedang dihadapi bangsa.
“Dua jempol untuk Pak Prabowo,” tandasnya.
Reshuffle Kabinet
Sebelumnya, Presiden Prabowo memberhentikan lima menteri, yakni Menko Polkam Budi Gunawan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Koperasi Budi Erie Setiadi, Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo, serta Menteri P2MI/Kepala BP2MI Abdul Kadir Karding.
Sebagai penggantinya, Prabowo melantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan, Mukhtarudin sebagai Menteri P2MI/Kepala BP2MI, Ferry Joko Juliantono sebagai Menteri Koperasi, M Irfan Yusuf sebagai Menteri Haji dan Umrah, serta Dahnil Anzar Simanjuntak sebagai Wakil Menteri Haji dan Umrah.
Untuk posisi Menko Polkam, Prabowo menunjuk pejabat ad interim sembari menyiapkan pengganti definitif. Sementara posisi Menpora akan segera diisi secara resmi dalam waktu dekat.
Gen Z Takeaway
Mahfud MD kasih “dua jempol” buat Prabowo karena reshuffle kabinet kali ini dianggap bukan cuma ganti kursi, tapi sinyal politik kalau Presiden mendengar aspirasi rakyat.
Setelah demo besar akhir Agustus yang bikin panas situasi, langkah cepat ini jadi semacam “quick fix” biar keresahan publik nggak makin liar. Buat Mahfud, ini bukti Prabowo mulai adaptif, berani ambil keputusan meski baru setahun jalan—dan itu penting banget biar pemerintahannya nggak cuma kuat di kata-kata, tapi juga nyata di aksi.