astakom.com, Mamuju – Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa menyebut “Festival Sandeq Silumba” yang menjadi agenda event tahunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) sudah saatnya dipromosikan lebih luas tidak hanya di kancah nasional tapi juga global.
Hal itu disampaikan Wamenpar pada Closing Ceremony Festival Sandeq Silumba 2025 di Mamuju, Sulawesi Barat, Selasa (26/8) malam.
Ia juga mengapresiasi semangat Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, para passandeq sebutan bagi pelayar yang mengemudikan perahu sandeq dari Polewali Mandar, Majene, dan Mamuju, serta semua pihak yang mendukung pengembangan pariwisata Sulawesi Barat melalui kehadiran event berkualitas yang sarat makna.
“Semangat seperti ini harus kita dukung bersama-sama dan Kementerian Pariwisata siap untuk membuat Sandeq Silumba ini bisa dikenal ke kancah dunia,” kata Ni Luh Puspa, dalam keterangan tertulis dikutip astakom.com, Rabu (27/8).
Festival Sandeq Silumba yang berlangsung pada 21-26 Agustus 2025 adalah sebuah kompetisi perahu layar tradisional khas suku Mandar.
Ketegasan dalam Tujuan Hidup
Lebih dari sekadar sarana transportasi, sandeq telah menjadi warisan budaya maritim, sebuah identitas dan kehormatan masyarakat Mandar, Sulawesi Barat. Walau tanpa mesin, sandeq mampu berlayar melawan arah angin dengan kecepatan mencapai 15-20 knot.
Bagi masyarakat Mandar, laut bukan hanya sumber penghidupan tapi juga ruang spiritual. Karenanya pelayaran sandeq kerap diiringi ritual-ritual adat untuk keselamatan.
Ini mencerminkan kepercayaan dan kearifan lokal yang menghormati alam sebagai sesuatu yang sakral mengenai perjalanan hidup.
Nama Sandeq sendiri dalam bahasa Mandar berarti runcing, merujuk pada bentuk haluannya yang tajam dan lancip berarti ketegasan dalam tujuan hidup.
Bentuknya seperti sayap perisai, kelincahan dan desainnya yang aerodinamis, serta layar yang terbuka melambangkan keterbukaan terhadap perubahan dan tantangan.
Makna yang terkandung di dalam sandeq inilah yang menjadi unique selling point dan membuat Festival Sandeq Silumba semakin menarik untuk diselami lebih dalam.
“Ini adalah identitas, ini adalah budaya, ini adalah jati diri dari masyarakat Mandar, Sulawesi Barat yang harus kita jaga, harus kita lestarikan. Tapi yang paling penting adalah bagaimana kita harus membuat budaya ini, identitas ini bisa punya nama, bisa dikenal, dan kemudian bisa menjadi atau membuat orang lain ingin mengenal lebih jauh sampai datang,” kata Ni Luh Puspa.
Ni Luh Puspa mengaku siap menggalakkan promosi Festival Sandeq Silumba pada tahun depan secara lebih masif dengan persiapan yang lebih optimal.
Dengan begitu, diharapkan festival ini bisa masuk menjadi bagian dari Karisma Event Nusantara (KEN) salah satu dari empat kategori skala Event By Indonesia Kemenpar.
Jumlah Peserta dan Juara
Festival Sandeq Silumba 2025 yang dilaksanakan di sepanjang pesisir pantai Polewali Mandar, Majene dan Mamuju yang berjarak sekitar 231 kilometer sukses mencetak para juara yang membawa pulang hadiah berupa piagam penghargaan serta uang tunai.
Berikut para pemenang dari total peserta sekitar 770 orang yang terdiri dari 55 kapal;
- Juara 1 diraih oleh tim Berkah Dua Putra;
- Juara 2 ditempati oleh Sinar Pasific AM;
- Juara 3 disabet oleh Bintang Maha Putra;
- Juara 4 dari tim Athena;
- Juara 5 dari tim Cahaya Zikir; dan
- Juara 6 dari tim Mandala Bintang Timur
Gen Z Takeaway
Indonesia emang kaya. Tahu gak, kalau di Sulawesi Barat itu ada Festival Sandeq Silumba 2025. Apa sih Sandeq? Sandeq itu sejenis perahu layer tradisional. Meski tanpa mesin Sandeq mampu berlayar dengan kecepatan 15-20 knot melawan arah angin. Sandeq sendiri dalam bahasa Mandar berarti runcing, persis seperti bentuk perahunya. Penasaran, datang sendiri deh ke Polewali Mandar, Mamuju, Majene, Sulawesi Barat.