Astakom.com, Jakarta – Malam Jumat Kliwon, timeline TikTok dan Instagram penuh dengan konten tentang weton. Dari ramalan jodoh, hari baik untuk memulai bisnis, hingga sekadar tebak-tebakan karakter diri, semuanya dibalut gaya santai khas Gen Z. Siapa sangka, kalender Jawa weton 2025 kini justru jadi tren populer di era digital.
“Awalnya cuma iseng, tapi ternyata cocok banget sama kepribadian aku. Jadi aku suka cek weton setiap hari,” kata Rani (22), seorang mahasiswa yang aktif membagikan konten budaya Jawa dengan gaya modern, seperti dikutip Astakom dari Liramedia.
Dari Primbon ke Feed TikTok
Kalender Jawa yang dulu hanya dikenal lewat primbon atau buku tua, kini menjelma menjadi aplikasi mobile dengan tampilan interaktif. Aplikasi “Weton Hari Ini” misalnya, sudah diunduh lebih dari 5 juta kali. Tagar #WetonHariIni bahkan mencapai 50 juta tayangan di TikTok.
Menurut data, pencarian daring terkait “kalender Jawa weton” mencapai 10 juta kali per bulan. Fenomena ini membuktikan kalau budaya tradisional bisa hidup kembali lewat media sosial.
Generasi Z dan Refleksi Diri
Bagi Gen Z, weton bukan hanya soal mencari hari baik untuk nikah atau usaha. Lebih dari itu, weton dipakai sebagai alat refleksi diri, mirip zodiak atau MBTI. Sebuah survei mencatat 65% anak muda menganggap weton membantu mereka memahami karakter dan menentukan arah hidup.
“Gen Z itu generasi yang haus identitas. Mereka senang mengaitkan budaya dengan kepribadian, biar lebih otentik,” jelas seorang sosiolog, seperti dikutip Astakom dari BBC News.
Dari Tradisi ke Ekonomi Digital
Fenomena ini bahkan membuka peluang bisnis. Pasar aplikasi, konten budaya, hingga jasa konsultasi weton diprediksi bernilai hingga Rp 500 miliar tahun ini. Kreator konten pun bisa mendapatkan penghasilan dari endorse hingga konsultasi privat.
Kalau dulu orang tua pakai weton untuk cari jodoh, sekarang anak muda pakai weton untuk branding diri.
Antara Viral dan Otentisitas
Namun, sejumlah pihak tetap mengingatkan. Ada risiko tradisi Jawa sekadar dipakai untuk hiburan, tanpa memahami makna filosofisnya. “Kalau cuma jadi gimmick media sosial, nilai budaya bisa hilang,” kata seorang budayawan Jawa, seperti dikutip Astakom dari Liramedia.
Meski begitu, satu hal jelas Gen Z telah membuktikan kalau warisan tradisional bisa menemukan ruang baru di dunia digital. Kalender weton kini bukan lagi sekadar catatan leluhur, melainkan bagian dari percakapan global anak muda Indonesia.