astakom.com, Jakarta — Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menciptakan momen penuh makna saat menyampaikan pidato di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) menjelang perayaan Hari Kemerdekaan ke-80 RI, Jumat (15/8).
Dengan nada hangat dan sedikit humor, Prabowo mengaitkan perjalanan panjang demokrasi Indonesia dengan kisah pribadinya yang penuh perjuangan di panggung politik.
“Mungkin inilah tandanya demokrasi kita kuat, karena saya adalah Presiden ke-8 RI yang akan memimpin perayaan Hari Kemerdekaan ke-8 dasawarsa, Memang ditakdirkan untuk jadi Presiden ke-8 itu” ujar Prabowo, disambut tepuk tangan hadirin.
Ia mengaku tak bisa memisahkan capaian tersebut dari perjalanan panjangnya dalam kontestasi politik nasional.
“Dan saya adalah bukti demokrasi kita berjalan. Saya ikut pemilu lima kali, Alhamdulillah empat kali kalah,” ungkapnya
Bagi Prabowo, keberadaannya di posisi tertinggi pemerintahan saat ini merupakan bukti nyata bahwa demokrasi Indonesia memberi ruang bagi setiap warga untuk terus berjuang, sekalipun pernah mengalami kekalahan berulang.
“Tapi hari ini saya berdiri di depan majelis ini. Terima kasih,” tuturnya.
Sebelumnya Presiden Prabowo menyebutkan bahwa Indonesia menganut pergantian kekuasaan dengan sistem demokrasi yang sejuk khas Indonesia.
“Kita berhasil karena kita menganut demokrasi yang khas Indonesia, demokrasi yang sejuk, demokrasi yang mempersatukan, bukan demokrasi yang saling gontok-gontokan, saling menjatuhkan, saling maki memaki, saling menghujat bukan demokrasi yang saling membenci,” ungkapnya
Demokrasi inilah yang harus jadi pedoman seluruh masyarakat Indonesia lantaran sejalan dengan budaya nenek moyang yaitu gotong royong.
“Inilah yang harus kita pegang Teguh. Demokrasi kita sesuai dengan nenek moyang kita budaya gotong royong, budaya saling mengisi, saling mendukung, budaya menahan diri, budaya yang iso rumongso,” ujarnya