astakom.com, Jakarta – Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) tengah mendampingi pengelolaan tambang emas di Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang kini dioperasikan Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih.
Wakil Kepala BP Taskin, Nanik Sudaryati Deyan menyampaikan, pendampingan dalam pengelolaan tambang ini dilakukan atas permintaan Gubernur NTB, agar pengelolaan tambang emas oleh Kopdes ini mampu membuka lapangan kerja bagi seluruh masyarakat Sekotong.
“Jadi kata Pak Gubernur, mudah-mudahan ini Sekotong tidak miskin lagi. Jadi masyarakat yang ada di situ, satu kecamatan, katanya bisa kerja semua di situ,” ujarnya Nanik di kantor BP Taskin, Jakarta, dikutip astakom.com, Kamis (14/8).
Nanik menuturkan, baha tambang emas di Sekotong dahulunya berstatus ilegal, dan bahkan sempat disegel Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun lalu. Namun, BP Taskin melihat adanya paradoks kemiskinan yang dialami masyarakat Sekotong.
Untuk itu, BP Taskin mendorong agar sumber daya alam tersebut dapat dikelola secara resmi oleh koperasi Merah Putih, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga Sekotong.
“Karena ini efeknya luar biasa, nanti main ke Sekotong, gunungnya emas semua. Dari jalan udah kelihatan, berkilau,” ucapnya.
“Karena di situ wilayahnya miskin. Nah, inilah ironi paradoks yang Pak Prabowo katakan. Gunungnya emas, lautnya penuh mutiara, tapi yang punya selama ini dieksploitasi orang luar,” tambahnya.
BP Taskin menargetkan penyerapan tenaga kerja hingga 30.000 orang dari beroperasinya tambang ini. Rencananya, akan dibentuk 60 koperasi, masing-masing menyerap sekitar 500 pekerja.
“30 ribu itu yang langsung ya, yang langsung bekerja. Ini belum nanti kalau yang misalnya kan biasanya ada apa namanya, muncul lah pedagang-pedagang,” jelasnya.
Dalam pengelolaannya nanti, akan turut dilibatkan pihak swasta lokal dengan skema pembagian 20 persen untuk swasta dan 80 persen untuk koperasi. “Kenapa harus ada swasta? Karena kan harus ada yang beli eksavator, harus ada yang beli mesin-mesin,” kata Nanik.
Sementara itu, Kepala BP Taskin Budiman Sudjatmiko menambahkan, koperasi tambang di Sekotong diharapkan menjadi percontohan nasional.
“Kita akan pakai, kalau sudah berhasil nih, kalau sukses akan jadi model pengelolaan tambang-tambang rakyat di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Budiman juga menyebut BP Taskin tidak hanya fokus pada tambang, tetapi juga sektor lain seperti pertanian, simpan pinjam, kesehatan, hingga pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) di Lombok. Ia menargetkan Lombok menjadi kawasan aglomerasi ekonomi.
“Yang tambang emas itu hanya satu kasus saja. Bukan cuma koperasi tambang saja, ada koperasi tanahnya, ada koperasi EBT, begitu ya. Juga pariwisatanya,” terangnya.
Selain itu, BP Taskin mendorong Kopdes Merah Putih menjadi solusi akses pembiayaan bagi warga desa. Selama ini, banyak warga yang tidak memiliki rekening karena keterbatasan identitas, sehingga terjerat kredit liar seperti Bank Emok.
“Bank Emok itu yang kredit-kredit liar yang kalau pagi-pagi kalau subuh udah mau ke rumah dan mereka bunganya itu gila-gilaan. Nanti Kooperasi Merah Putih ini akan memberikan kredit lebih murah,” jelas Nanik.
Kopdes Merah Putih juga akan memberikan pinjaman modal usaha tanpa agunan dengan bunga rendah. “Koperasi ini akan memberikan pinjaman dengan kredit yang lebih murah dari bank sehingga masyarakat kecil yang mau usaha tidak terjerat oleh kredit yang tinggi,” tuturnya.