astakom, Jakarta – Kementerian Agama (Kemenag) terus memperkuat upaya pencegahan konflik sosial berbasis keagamaan dengan mengembangkan Sistem Deteksi Dini Konflik Keagamaan atau Early Warning System (EWS).
Sistem ini sedang disempurnakan oleh Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Sekretariat Jenderal (Setjen) Kemenag, dengan pendekatan sinergis lintas unit dan pemangku kepentingan.
Kepala PKUB, M Adib Abdushomad menegaskan pentingnya penguatan ekosistem EWS sebagai langkah strategis dalam mencegah konflik sosial yang dipicu oleh isu keagamaan.
“Kita ingin membangun ekosistem EWS. Sesuai arahan Bapak Sekjen, yang terpenting dari EWS ini adalah membangun ekosistemnya. Alhamdulillah, PKUB mencoba mengorkestrasi tugas ini secara sinergis dan kolaboratif lintas stakeholders,” ujar Adib, dikutip astakom.com, Minggu (3/8).
Adib menjelaskan bahwa elemen pendukung sistem EWS sebenarnya sudah ada di berbagai unit Kemenag seperti Ditjen Bimas Islam dan Balitbang Diklat, yang kini menjadi BMBPSDM. PKUB saat ini tengah mengintegrasikan seluruh potensi tersebut agar sistem dapat berjalan secara terpadu.
“Kalau EWS betul-betul terbangun, maka berbagai konflik yang selama ini muncul bisa kita mitigasi. Sehingga tidak ada lagi persekusi atau kerusuhan yang mencederai bangunan kerukunan yang telah lama dibina,” kata dia.
Salah satu langkah konkret dalam pembangunan ekosistem ini adalah pengembangan aplikasi EWS yang dirancang oleh para pakar Universitas Indonesia dan praktisi berpengalaman.
Aplikasi ini memungkinkan deteksi dan penanganan dini atas potensi konflik di lapangan dengan pendekatan berbasis data dan teknologi.
“Aplikasi ini menjadi salah satu bentuk konkret dari ikhtiar PKUB dalam menjaga keutuhan NKRI dari potensi konflik sosial berbasis keagamaan,” jelas Adib.
Selain inovasi teknologi, PKUB juga mengedepankan pendekatan sosial budaya untuk menjaga harmoni antarumat beragama. Salah satunya dengan mendorong ruang dialog dan memperluas perjumpaan tokoh lintas agama.
“Kami terus mengundang para tokoh umat beragama untuk duduk bersama dalam forum-forum dialog. Juga memperluas partisipasi dalam kegiatan keagamaan, tidak hanya ritual, tapi kegiatan sosial keagamaannya,” ujar dia.
Adib juga menyoroti pentingnya komunikasi terbuka, merujuk pada insiden di Depok dan Padang yang dipicu oleh minimnya informasi kepada warga terkait pembangunan rumah doa.
“Padahal niat pendeta membangun rumah doa itu baik, yaitu untuk mendekatkan umatnya kepada ajaran agama. Tapi karena tidak ada informasi kepada RT/RW dan masyarakat, lalu terjadi kesalahpahaman,” jelas Adib.
Dia menyampaikan bahwa ekosistem EWS hampir rampung dan siap diluncurkan dalam waktu dekat sebagai bentuk nyata komitmen Kemenag menjaga kerukunan umat beragama.
“Insyaallah, EWS ini segera kita launching setelah ekosistemnya fully coverage. Ini bentuk komitmen kita dalam menjaga kerukunan dan keutuhan NKRI,” tutupnya.