Sabtu, 26 Jul 2025
Sabtu, 26 Juli 2025

Menperin: GIIAS 2025 Jadi Katalisator Transformasi Industri Otomotif Nasional

astakom, Tangsel – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, menyatakan industri otomotif nasional menjadi salah satu sektor andalan yang berperan besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Industri otomotif juga terus menunjukkan daya saing dan resiliensi melalui peningkatan investasi, inovasi produk, serta perluasan pasar ekspor.

Hal itu disampaikan Agus dalam sambutannya saat membuka kegiatan Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025, yang digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City Tangerang, Kamis (24/7).

Ia pun menyampaikan apresiasi kepada Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) atas terselenggaranya salah satu pameran otomotif terbesar di dunia.

“Pemerintah merasa terhormat dan bangga dengan adanya GIIAS. Tentunya pameran ini mudah-mudahan bisa menjadi titik untuk mengembalikan keinginan belanja dari masyarakat Indonesia untuk membeli kendaraan,” kata Agus.

Menperin mengemukakan, Indonesia mencatat penjualan kendaraan domestik tertinggi di kawasan ASEAN. Hal ini merupakan potensi pertumbuhan pasar otomotif nasional dalam jangka panjang, meskipun rasio kepemilikan kendaraan bermotor, khususnya mobil, di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara.

“Berdasarkan data Vehicles in Use 2024 dari International Organization of Motor Vehicle Manufacturers (OICA), Indonesia mencatat Car Ownership Ratio (COR) sebesar 99 per 1.000 penduduk. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia (490), Thailand (275), dan Singapura (211),” ungkapnya.

Menperin juga mengemukakan, industri otomotif Indonesia memiliki struktur yang kokoh dan terintegrasi dari hulu ke hilir, menjadi modal strategis dalam memperkuat daya saing nasional.

Secara backward linkage, sektor industri otomotif didukung sekaligus mengakselerasi pertumbuhan industri hulu seperti logam, karet, dan elektronik.

Sementara secara forward linkage, produk otomotif nasional menopang kinerja sektor hilir seperti perdagangan, transportasi, logistik, finance, dan insurance.

“Dengan koefisien backward linkage sebesar 0,975 dan forward linkage sebesar 0,835, industri otomotif Indonesia menunjukkan efek multiplikatif kuat terhadap perekonomian nasional,” ujarnya.

Pada tahun 2024, industri otomotif ASEAN menghadapi tantangan besar dengan adanya penurunan volume penjualan sebesar 5,4 persen. Di Indonesia, penurunan tercatat 12,8 persen, sementara di Thailand bahkan mencapai 24,7 persen.

Menperin menyampaikan, pemerintah dapat menerapkan benchmarking seperti salah satu contoh tepatnya dapat dilihat dari kinerja industri otomotif Tiongkok saat ini.

Berdasarkan data China Association of Automobile Manufacturers (CAAM), kinerja otomotif Tiongkok mengalami peningkatan pada produksi sebesar 10,9 persen dan penjualan domestik sebesar 9,6 persen, yang didorong oleh dampak subsidi tukar tambah dan pricing position yang tepat.

Selain itu, kinerja ekspornya juga mengalami peningkatan sebesar 7,9 persen, yang berkontribusi sekitar 20 persen terhadap total produksi.

“Peningkatan ekspor ini disebabkan oleh pemilihan tujuan ekspor yang strategis, seperti Meksiko, Australia, dan Timur Tengah, yang dapat menghindari tarif impor yang lebih tinggi ke tujuan Amerika Serikat,” kata Agus.

Menperin juga menyoroti tantangan eksternal yang dihadapi industri, seperti kenaikan harga bahan baku, disrupsi rantai pasok global, dan fluktuasi nilai tukar.

Dalam kondisi ini, pemerintah berfokus menjaga daya beli masyarakat dan ketahanan industri melalui berbagai kebijakan, termasuk menahan laju pemutusan hubungan kerja. “Ini perintah dari pemerintah kepada pelaku industri, jangan sampai ada PHK,” tegasnya.

Menperin optimis, masa transisi ini bersifat sementara, dan pemulihan pasar otomotif domestik akan segera terjadi. “Ketika momentum itu datang, industri otomotif kami harapkan telah siap untuk terbang tinggi dengan integrasi yang lebih kuat, efisien, dan berdaya saing tinggi,” katanya.

Rubrik Sama :

Dear Anak Muda! Quarter Life Crisis Bukan Akhir, Tapi Awal untuk Tumbuh

Memasuki usia 20 hingga 30 tahun, banyak anak muda mengalami kegelisahan eksistensial yang dalam. Fenomena ini dikenal sebagai quarter life crisis, masa transisi dari remaja ke dewasa yang sering kali disertai kebingungan arah hidup, tekanan sosial, dan rasa tidak cukup.

GIIAS 2025 Dibuka, Lebih dari 60 Merk Otomotif Dunia Dipamerkan

astakom, Tangerang - Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 telah resmi dibuka untuk umum. Pameran otomotif terbesar di Asia Tenggara ini berlangsung selama...

IHSG Menguat Tipis, Waspada Ada Tekanan Jual Lanjutan di Pekan Depan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,17 persen ke level 7.543 pada akhir perdagangan, Jumat (25/7) kemarin. Namun, penguatan ini justru menjadi sinyal adanya tekanan jual dan potensi koreksi dalam waktu dekat.

IHSG Cetak Rekor Tertinggi 2025, BEI: Sinyal Kepercayaan Investor Meningkat

Pasar modal Indonesia kembali mencetak sejarah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan pekan ini, pada Jumat (25/7), dengan capaian rekor tertinggi di sepanjang tahun 2025 ini, dimana IHSG berada di level 7.543,503.
Cover Majalah

Update