astakom, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memastikan, bahwa kesepakatan tarif impor sebesar 19 persen antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) merupakan yang paling rendah dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya.
“Angka itu sudah final dan binding. Kalau kita lihat, angka-angka itu adalah yang paling rendah dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya,” kata Airlangga usai menghadiri sosialisasi tarif AS bersama para asosiasi pengusaha di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (21/7), dikutip astakom.com.
Baca juga
Sebagai perbandingan, tarif impor yang diberlakukan AS terhadap produk asal Vietnam dan Filipina masing-masing mencapai 20 persen, Malaysia dan Brunei sebesar 25 persen, Kamboja dan Thailand 36 persen, serta Myanmar dan Laos hingga 40 persen.
Tidak hanya unggul di kawasan ASEAN, tarif impor Indonesia juga lebih kompetitif dibandingkan negara pesaing utama dalam ekspor tekstil dan produk tekstil. Bangladesh misalnya, yang dikenakan tarif 35 persen. Kemudian Sri Lanka 30 persen, Pakistan 29 persen, dan India 27 persen.
Terkait bea masuk 0 persen terhadap produk asal AS, Airlangga menjelaskan bahwa berdasarkan buku tarif Most Favoured Nation (MFN), saat ini terdapat 11.555 pos tarif atas produk AS. Dari jumlah tersebut, sekitar 12 persen sudah dikenakan tarif 0 persen dan 47 persen lainnya dikenakan bea masuk mendekati 5 persen.
“Jadi Amerika Serikat sebetulnya sudah dapat 60 persen (produknya) di bawah (tarif) 5 persen,” ujar Airlangga.
Lebih lanjut, pemerintah Indonesia berencana memperluas cakupan produk asal AS yang mendapatkan bea masuk nol persen. Kebijakan ini mengikuti praktik yang telah diterapkan dalam perjanjian perdagangan komprehensif (CEPA) dengan berbagai negara mitra seperti ASEAN-China FTA, Uni Eropa, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Jepang.
“Maka Amerika Serikat kita perluas mayoritas menjadi nol persen, dan ini sudah kita berikan kepada CEPA yang lain. Apakah itu dengan ASEAN FTA, apakah itu dengan ASEAN-China FTA, kemudian juga dengan CEPA Uni Eropa, kemudian dengan Kanada, dengan Australia, Selandia Baru, dengan Jepang. Itu seluruhnya juga kita sudah memberikan mayoritas mendekati nol (persen),” jelasnya.
Masih Ada Ruang Negosiasi: Targetkan Tarif Nol Persen
Terpisah, Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengungkapkan bahwa Pemerintah Indonesia masih melanjutkan proses negosiasi dengan AS.
Ia menyebut, Indonesia masih memiliki ruang untuk menurunkan tarif impor beberapa komoditas unggulan Indonesia hingga 0 persen.
“Ada beberapa produk komoditas kita yang sangat dibutuhkan oleh AS, tidak bisa diproduksi di sana, dan sangat andal jika diekspor dari Indonesia. Itu kita nego supaya tarifnya bisa 0 persen,” ujar Susiwijono.
Adapun beberapa komoditas unggulan yang diajukan untuk mendapatkan perlakuan tarif 0 persen antara lain, minyak sawit mentah (CPO), kopi, kakao, serta nikel.
Susiwijono menambahkan bahwa daftar produk yang dinegosiasikan cukup banyak dan memiliki daya saing tinggi, serta nilai strategis bagi pasar Amerika Serikat sehingga penurunan tarif hingga 0 persen masih sangat memungkinkan.