astakom, Surakarta — Di tengah riuh rendah dinamika pendidikan nasional, hadir sebuah harapan baru bagi keluarga miskin ekstrem: Sekolah Rakyat (SR).
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Abdul Wachid, menyampaikan komitmennya bahwa program ini akan terus dilanjutkan dan diperluas ke seluruh pelosok Indonesia, sejalan dengan arahan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Baca juga
“Targetnya, mulai 2026, minimal satu Sekolah Rakyat hadir di tiap kabupaten/kota,” ujar Wachid, Sabtu (19/7).
Kunjungan itu sekaligus menjawab sejumlah keraguan yang berkembang di tengah masyarakat terkait keberlangsungan program dan aturan yang mengikat para orang tua siswa. Wachid menepis kabar miring tersebut dengan tegas.
“Bantuan sosial tetap berjalan. Orang tua tetap bisa menjenguk anak, asalkan tidak mengganggu proses belajar,” tegasnya.
Tak hanya itu, politisi Partai Gerindra ini mendorong agar program SR disosialisasikan secara luas. Menurutnya, media sosial bisa menjadi sarana efektif untuk menyampaikan pesan bahwa Sekolah Rakyat adalah solusi nyata bagi pendidikan keluarga miskin ekstrem yang selama ini termarjinalkan.
Di lapangan, Sekolah Rakyat memang belum menjangkau semua wilayah. Program ini masih berjalan di beberapa balai yang telah ditunjuk pemerintah.
Namun, perkembangan terus dilakukan—mulai dari perluasan lokasi, peningkatan fasilitas belajar, hingga penyediaan kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga yang menjadi ruang ekspresi baru bagi para siswa.
“Awalnya hanya direncanakan lima sekolah, tapi kini sudah disiapkan 100. Ini luar biasa,” ungkap Wachid dengan semangat.
Dalam pandangannya, keberhasilan program ini tak hanya ditentukan oleh infrastruktur atau anggaran, tetapi juga oleh seleksi ketat penerima manfaat. Wachid menegaskan pentingnya akurasi data dan komitmen pemerintah agar bantuan pendidikan ini benar-benar tepat sasaran.
“Kami ingin pastikan program ini sukses, bukan hanya di Bali, tapi di seluruh Indonesia,” tutupnya.
Sekolah Rakyat bukan sekadar proyek kebijakan, tetapi wajah baru keberpihakan negara kepada mereka yang paling membutuhkan: anak-anak dari keluarga miskin ekstrem, yang kini punya ruang untuk bermimpi lebih besar.