astakom, Damaskus – Militer Israel meluncurkan serangan udara ke sebuah area di dekat istana kepresidenan Suriah di Damaskus pada Rabu (16/7).
Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara komunitas Druze dan Arab Badui di wilayah Sweida, Suriah Selatan.
Serangan ini pun telah dikonfirmasi oleh militer Israel. Mereka menyatakan bahwa serangan ditujukan untuk mendukung kelompok Druze yang disebut sebagai sekutu setia Israel.
“Militer terus memonitor berbagai perkembangan dan tindakan rezim (Suriah) terhadap penduduk Druze di selatan Suriah,” demikian pernyataan resmi militer Israel melalui Telegram, dikutip astakom.com dari Al Jazeera, Kamis (17/7).
“Sesuai arahan dari eselon politik, (militer) sedang melancarkan serangan di wilayah tersebut dan tetap siap menghadapi berbagai kemungkinan,” imbuh militer Israel.
Dalam serangan tersebut, Israel juga menghantam markas besar tentara Suriah dan tank-tank militer yang dikerahkan untuk meredam bentrokan sektarian. Sementara itu, pemerintah Suriah menilai kehadiran pasukannya di Sweida sebagai bagian dari upaya memulihkan ketertiban umum.
Konflik di Sweida sendiri dipicu oleh insiden penculikan yang melibatkan kelompok Arab Badui dan komunitas Druze.
Ketegangan meningkat setelah seorang penjual sayur Druze ditangkap di jalan utama yang menghubungkan Sweida dan Damaskus oleh kelompok Badui. Aksi ini memicu rangkaian penculikan balasan dan bentrokan terbuka antar kedua kelompok.
Kelompok Druze, yang merupakan mayoritas di wilayah Sweida (sekitar 90 persen populasi), dikenal memiliki sejarah panjang hubungan dengan Israel.
Mereka bahkan pernah bekerja sama dengan militer Yahudi dalam Perang Arab-Israel pada 1948. Sebaliknya, populasi Arab Badui di kawasan tersebut hanya sekitar tiga persen.
Menurut laporan kantor berita pemerintah Suriah, SANA, sedikitnya tiga orang tewas dan 34 lainnya luka-luka akibat serangan udara Israel di Damaskus.
Sebagai respons atas situasi yang kian memanas, Kementerian Dalam Negeri Suriah mengumumkan gencatan senjata untuk wilayah Sweida pada Rabu malam.
Pemimpin komunitas Druze di Suriah, Sheikh Yousef Jarbou menyatakan bahwa gencatan senjata ini bertujuan untuk menghentikan sepenuhnya seluruh operasi militer di Suwayda oleh semua pihak, serta untuk mengintegrasikan Suwayda sepenuhnya ke dalam negara Suriah.
Hingga kini, situasi tetap tegang meskipun gencatan senjata telah diumumkan, sementara keterlibatan Israel dalam konflik internal Suriah kembali memicu kekhawatiran atas eskalasi yang lebih luas di kawasan tersebut.