Kamis, 17 Jul 2025
Kamis, 17 Juli 2025

Villa Yuliana, Jejak Sejarah Kolonial di Soppeng yang Hidup Kembali sebagai Museum Latemmamala

astakom, Soppeng — Berdiri kokoh di Jalan Merdeka, Kota Watansoppeng, Villa Yuliana tetap setia menjaga kisah masa lalu. Dikenal warga setempat dengan sebutan “Mes Tinggi”, bangunan peninggalan kolonial Belanda yang berdiri sejak tahun 1905 ini kini menjelma menjadi Museum Latemmamala, simbol sejarah dan kebudayaan di jantung Kabupaten Soppeng.

Lokasinya yang strategis hanya selemparan batu dari Rumah Jabatan Bupati Soppeng membuat villa ini mudah diakses dan tak pernah kehilangan daya tariknya.

Baca juga :

Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.

Dahulu, bangunan dua lantai bergaya arsitektur perpaduan Eropa-Bugis ini dibangun sebagai tempat persinggahan di kawasan ketinggian kota.

Keberadaan Villa Yuliana merupakan bukti sejarah bahwa wilayah ini pernah berada dalam kendali Pemerintah Hindia Belanda. Kerajaan Soppeng termasuk salah satu yang menyetujui tuntutan Belanda dengan menandatangani korte verklaring atau pernyataan takluk pada tahun 1908.

Menurut cerita, Villa Yuliana awalnya dipersiapkan menyambut kunjungan Ratu Yuliana dari Belanda. Namun karena situasi keamanan saat itu yang tidak kondusif, rencana itu batal terlaksana. Meski begitu, vila tetap difungsikan sebagai tempat istirahat pejabat Hindia Belanda.

Setelah era kolonial berakhir, villa sempat tak difungsikan dari 1957 hingga 1992, sebelum kemudian digunakan kembali pada 1992–1995 sebagai asrama pegawai bujang, anggota Satpol PP, dan petugas pemadam kebakaran.

Menariknya, meskipun bangunan ini telah berusia lebih dari satu abad, struktur aslinya masih sangat terjaga, bahkan warna cat putih-hijau tua yang mulai memudar tetap dipertahankan. Renovasi hanya dilakukan di bagian atap, dari asbes kembali ke bentuk aslinya.

Kebangkitan sesungguhnya terjadi pada 23 Maret 2008, saat Villa Yuliana diresmikan sebagai Museum Latemmamala oleh Penjabat Gubernur Sulsel Ahmad Tenribali Lamo bertepatan dengan Hari Jadi Soppeng ke-747.

Kini, museum ini menjadi rumah bagi koleksi berharga dari abad ke-15 hingga 18, guci-guci Eropa, mangkuk kuno, piring keramik, dan pasu klasik.

Di antara koleksi yang paling memikat perhatian adalah fosil-fosil gajah purba (Stegodon sompoensis), fragmen kura-kura raksasa (Geochelone atlas), hingga tulang rahang dan taring babi rusa raksasa (Celebochoerus heekereni).

“Kalau yang ini adalah fosil gading gajah purba yang ditemukan G.J Bartstra (adalah seorang arkeolog dan ahli prasejarah asal Belanda – red) di kampung TanjongE, Kecamatan Lilirilau,” terang Herun dikutip dari media lokal bugiswarta

Museum ini juga menyimpan replika Homo erectus (Sangiran Man) dan Homo floresiensis (Manusia Liang Bua), serta koleksi mata uang bersejarah seperti gulden Belanda, uang Jepang lima sen, hingga rupiah tempo dulu.

Tak hanya menjadi tempat penyimpanan artefak, tiga ruang di lantai dua museum dipenuhi benda-benda prasejarah: kapak genggam, pisau batu, alat pelubang, hingga pahat bertangkai dari zaman Neolitikum.

Di salah satu ruang lainnya, pengunjung dapat melihat simulasi pelaminan pengantin Bugis lengkap dengan sepasang boneka mempelai.

Museum ini bukan hanya tempat nostalgia, tetapi ruang edukasi dan penelitian. “Sudah banyak mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi datang ke sini untuk meneliti berbagai situs budaya dan sejarah,” kata Herun. Termasuk murid SD, SMP, dan SMA dari berbagai kabupaten/kota di Sulawesi Selatan.

Villa Yuliana  kini Museum Latemmamala  bukan sekadar bangunan tua, melainkan penjaga memori peradaban yang terus menginspirasi generasi baru. Di balik dinding tebal dan tangga kayunya, tersimpan cerita panjang tentang masa lalu.

Rubrik Sama :

Indonesia Serahkan Wastra Nusantara kepada UNESCO

astakom, Paris - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, menyerahkan empat buah kain Wastra Nusantara kepada UNESCO di markas besar organisasi tersebut di Paris,...

Wamenag: Tafsir Al-Qur’an Harus Mampu Jawab Isu Ekologis Zaman Kini

Wakil Menteri Agama (Wamenag), KH Romo H. R Muhammad Syafi’i menegaskan bahwa penyempurnaan tafsir Al-Qur’an bukan semata menyangkut soal kebahasaan atau redaksional, tetapi juga bagaimana menjadikan Al-Qur’an semakin relevan dalam menjawab persoalan zaman, termasuk isu keadilan ekologis.

Wamenag Ajak Umat Rawat Kerukunan Lewat Cinta Kemanusiaan

Wakil Menteri Agama (Wamenag) Romo HR Muhammad Syafi’i mengajak seluruh umat beragama untuk menjadikan cinta kemanusiaan sebagai fondasi dalam merawat kerukunan di Indonesia.

Kampung Haji Jadi Lompatan Besar Pemerintahan Prabowo

Ketua Komnas Haji, Dr. Mustolih Siradj menyambut positif rencana ambisius Presiden RI Prabowo Subianto membangun kampung haji (Indonesian village) di kawasan ring satu Arab Saudi, yang hanya berjarak 400 meter dari Masjidil Haram.
Cover Majalah

Update