astakom, Malang – Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, menilai bahwa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari merupakan langkah strategis dalam memperkuat soft power Indonesia di tingkat global.
Menurut Saraswati, KEK Singhasari menjadi representasi sinergi antara warisan budaya Nusantara dengan kemajuan teknologi modern. Ia menilai kawasan ini berhasil mengembangkan ekosistem pendidikan dan ekonomi kreatif berbasis nilai-nilai lokal yang kuat.
Baca juga
“Ini merupakan sebuah terobosan, terutama dalam bidang pendidikan, sebagai persiapan Indonesia memiliki soft power secara internasional. KEK Singhasari telah menciptakan ekosistem luar biasa dengan nilai-nilai budaya yang kuat,” ujar Saraswati, Rabu (16/7).
Sebagai kawasan ekonomi khusus pertama yang mengintegrasikan pariwisata, teknologi digital, dan pendidikan, KEK Singhasari menunjukkan bagaimana sejarah dan masa depan dapat saling melengkapi.
Saraswati menyoroti bahwa kebanggaan terhadap warisan Kerajaan Singhasari telah mendorong kemajuan dalam bidang-bidang seperti artificial intelligence (AI) dan keamanan siber.
“Dari 800 tahun sejarah Kerajaan Singhasari, kita bisa tetap bangga dengan kekayaan budaya tanpa melupakan masa depan. Justru dari budaya, kita melompat ke teknologi,” tegas politisi Fraksi Partai Gerindra itu.
Lebih jauh, Saraswati menekankan pentingnya pendidikan di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) sebagai fondasi kemajuan bangsa.
Ia mengapresiasi kehadiran lembaga pendidikan di KEK Singhasari yang fokus pada ekonomi kreatif dan digital, termasuk kolaborasi dengan universitas internasional bergengsi seperti King’s College London.
“Presiden Prabowo sangat menekankan pentingnya menyiapkan generasi muda di bidang STEM. Dan di sini, fasilitas serta kurikulumnya sudah mulai ke arah sana. Ini perlu dukungan lebih besar,” lanjutnya.
Mengakhiri kunjungan, Saraswati menegaskan pentingnya KEK Singhasari menjadi katalis pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas, khususnya pelaku UMKM.
“KEK ini tidak bisa hanya dimanfaatkan satu kelompok. Harus menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi yang inklusif, dengan daya tarik kuat bagi investor,” pungkasnya