astakom, Gaza – Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza Marwan al-Sultan dan keluarganya tewas dibunuh Israel dalam serangan udara yang menghantam kediamannya di kota tersebut.
Sosok al-Sultan bukanlah orang baru di dunia medis di wilayah tersebut. Ia merupakan seorang ahli jantung ternama yang lantang memperjuangkan kemanusiaan di wilayah konflik itu.
Baca juga
Selain menjabat sebagai orang nomor satu di Rumah Sakit Indonesia di Gaza, dokter Al-Sultan juga berstatus pakar kardiologi intervensional.
Lembaga kemanusiaan Mer-C menyebut Al-Sultan tanpa henti memimpin Rumah Sakit Indonesia di bawah situasi yang sulit sekalipun.
“Ia menyediakan layanan medis penting bagi rakyat Palestina meskipun terus-menerus menghadapi ancaman serangan udara Israel dan keterbatasan sumber daya yang parah,” kata lembaga kemanusiaan itu, Kamis (3/7) seperti dikutip astakom.com.
Saat Israel memblokade rumah sakit itu pada Desember 2024, dokter Al-Sultan keluar dari kompleks fasilitas medis tersebut.
Walau begitu, Al-Sultan tetap tinggal di Gaza utara. Dia sempat kembali bekerja di meja operasi selama periode gencatan senjata, Januari 2025.
Merujuk catatan Mer-C, selama memimpin Rumah Sakit Indonesia Al-Sultan menjalin kerja sama dengan berbagai badan kemanusiaan dari berbagai negara, antara lain dari Kerajaan Bersatu (United Kingdom), Belanda, Belgia, Kanada, dan Spanyol.
“Di bawah kepemimpinannya, Rumah Sakit Indonesia menjadi pusat perawatan kesehatan yang vital, bukan target militer seperti yang dituduhkan secara keliru oleh narasi Israel,” begitu pernyataan Mer-C.
Marwan al-Sultan digambarkan sebagai sosok yang berdedikasi tinggi dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat Gaza, khususnya selama masa-masa krisis kemanusiaan yang berkepanjangan.
“Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, tidak hanya bagi rekan-rekan sejawat, tetapi juga bagi para pasien dan seluruh masyarakat Gaza yang mengenalnya.”