astakom, Jakarta – Raksasa teknologi Google resmi menandatangani kontrak besar untuk membeli 200 megawatt energi fusi dari perusahaan rintisan nuklir asal Amerika Serikat, Commonwealth Fusion Systems (CFS). Startup ini merupakan spin-off dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan mendapat dukungan investasi dari tokoh-tokoh besar seperti Bill Gates dan Google sendiri melalui X (eks Google X).
Langkah ini menjadikan Google sebagai salah satu perusahaan pertama di dunia yang berkomitmen menggunakan energi fusi, bentuk energi yang secara teoritis bersih, aman, dan tak terbatas dalam operasionalnya. Kesepakatan tersebut sejalan dengan target ambisius Google untuk mencapai nol emisi karbon (net-zero) pada seluruh operasionalnya pada tahun 2030.
Baca juga
“Kesepakatan ini menjadi momen bersejarah, karena untuk pertama kalinya teknologi fusi mendapat validasi pasar dalam skala besar,” kata Bob Mumgaard, CEO CFS, seperti dikutip astakom dari The Wall Street Journal, Selasa (30/6).
CFS tengah membangun pembangkit fusi generasi pertama bernama SPARC, yang dirancang untuk menghasilkan listrik berbasis fusi menggunakan medan magnet superkonduktor untuk menstabilkan plasma suhu sangat tinggi mirip proses yang terjadi di inti matahari.
Jika berhasil, teknologi ini akan melampaui sumber energi terbarukan konvensional seperti tenaga surya dan angin dalam hal efisiensi dan keandalan.
Google mengatakan, kesepakatan ini merupakan bagian dari inisiatif jangka panjang dalam mempercepat transisi menuju energi bersih, sekaligus membuka peluang kolaborasi riset teknologi tinggi untuk masa depan.
CFS adalah startup energi fusi yang bermitra erat dengan MIT dan menduduki posisi terdepan dalam perlombaan global membangun reaktor fusi pertama yang benar-benar menghasilkan energi bersih secara komersial. Proyek SPARC mereka ditargetkan mulai beroperasi sebelum 2030.