astakom, Jakarta – Meski konflik bersenjata antara Iran dan Israel terus bereskalasi, aktivitas perdagangan Indonesia dengan kedua negara tersebut masih berjalan normal dan bahkan menunjukkan surplus yang stabil.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad dalam diskusi bertajuk ‘Dampak Perang Iran-Israel Terhadap Perekonomian Indonesia’, Minggu (29/6).
Baca juga
Tauhid menyatakan bahwa neraca dagang Indonesia terhadap kedua negara yang tengah berkonflik tetap menguntungkan. Dengan Israel, Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD 40 juta.
“Dengan Israel kita surplus USD 40 juta,” ungkap Tauhid dalam diskusi tersebut, dikutip astakom.com, Minggu (29/6).
Produk utama ekspor Indonesia ke Israel mencakup vegetable animal, alat-alat elektronik, alas kaki, dan produk makanan seperti cokelat.
Sementara dari sisi impor, Indonesia memang bergantung pada Israel untuk beberapa kebutuhan alat elektronik dan bahan farmasi, namun kontribusinya masih relatif kecil secara keseluruhan.
“Indonesia cukup bergantung kepada Israel dalam hal alat-alat elektronik dan bahan farmasi meskipun posisinya relatif kecil, yakni 0,07 persen,” jelasnya.
Sementara itu, hubungan dagang Indonesia-Iran dinilai jauh lebih kuat dari sisi neraca perdagangan. Tauhid menyoroti bahwa kerja sama dengan Iran menunjukkan surplus yang lebih tinggi dibandingkan Israel.
“Bagaimana dengan Iran ke kita? Itu jauh lebih baik, kita surplus lebih besar daripada Israel,” ujarnya.
Produk-produk yang diimpor dari Iran didominasi oleh peralatan berat seperti mesin industri dan alat-alat reaktor nuklir. Namun secara keseluruhan, skala perdagangan dengan kedua negara masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok, Amerika Serikat, atau Jepang.
Tauhid menilai bahwa kondisi ini memberikan ruang stabilitas bagi Indonesia dalam menghadapi ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Konflik Iran-Israel, menurutnya, belum memiliki dampak langsung yang signifikan terhadap struktur perdagangan dan aktivitas industri di dalam negeri.
“Gangguan langsung, terutama untuk produk-produk industri masih relatif kecil. Ini cukup baik,” pungkas Tauhid.