astakom, Jakarta – Perangkat wearable kini menjadi ancaman keamanan siber yang nyata. Sebuah studi terbaru dari Ben-Gurion University di Israel berhasil menunjukkan bahwa smartwatch dapat digunakan untuk menyadap komputer air-gapped yakni komputer yang tidak terhubung ke jaringan internet maupun perangkat eksternal.
Teknik ini dinamakan SmartAttack, dan dijelaskan secara detail dalam makalah riset resmi yang dipublikasikan di arXiv pada 10 Juni 2025.
Baca juga :
Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.
Melalui metode ini, penyerang dapat mengirimkan data dari komputer ke smartwatch menggunakan gelombang ultrasonik tak terdengar, pada jarak hingga 6 meter.
“Smartwatch, meskipun makin populer, masih jarang dipelajari sebagai alat serangan air-gap,” jelas Prof. Mordechai Guri, peneliti utama dari lab keamanan siber universitas tersebut, seperti yang dikutip astakom.com dari publikasi resmi mereka.
Dalam simulasi, komputer target diinfeksi terlebih dahulu menggunakan malware. Setelah itu, speaker komputer akan mengirimkan sinyal ultrasonik yang mengandung data sensitif, dan smartwatch (yang dianggap aman karena tidak terhubung ke jaringan) menerima data tersebut. Selanjutnya, data bisa diteruskan lewat Bluetooth atau Wi-Fi ke perangkat lain.
Temuan ini memunculkan keprihatinan serius di lingkungan yang menerapkan protokol keamanan tinggi seperti:
- Pusat militer atau pertahanan nasional.
- Infrastruktur kritis (listrik, air, transportasi).
- Ruang redaksi, kantor pemerintahan, dan lembaga finansial.
Sebagai respons awal, para peneliti merekomendasikan agar perangkat wearable dilarang masuk ke zona aman, dan bahwa sistem keamanan kini perlu mengantisipasi eksfiltrasi data non-jaringan, termasuk melalui suara, cahaya, dan medan elektromagnetik.
Astakom menilai, SmartAttack bukan hanya bukti kecanggihan riset keamanan, melainkan juga peringatan bahwa teknologi kecil di pergelangan tangan kita bisa menjadi “agen rahasia” dalam era siber modern.