astakom, Jakarta – Dunia siber kembali diguncang. Lebih dari 16 miliar data login, termasuk kombinasi email dan password dari berbagai layanan besar seperti Google, Apple, Facebook, hingga GitHub dan Telegram, ditemukan tersebar dalam kumpulan file digital hasil serangan malware.
Penelusuran ini pertama kali diungkap oleh tim dari Cybernews, yang menemukan lebih dari 30 basis data berisi kredensial pengguna global.
Mereka menegaskan, data ini bukan hanya hasil bocoran lama yang dikompilasi ulang, melainkan kredensial segar yang diambil melalui infostealer, jenis malware yang menyusup ke perangkat pengguna untuk mencuri data secara langsung.
“Ini bukan sekadar kebocoran. Ini adalah cetak biru untuk eksploitasi massal,” tegas tim riset Cybernews, seperti yang dikutip astakom.com dari laporan mereka yang terbit pada Kamis (19/6).
Lebih mengkhawatirkan, data ini diyakini berasal dari berbagai sumber pengguna dan termasuk individu, institusi pendidikan, pemerintahan, dan korporasi besar.
Google dan Meta, meski tidak mengalami peretasan langsung, mendesak pengguna untuk segera mengganti sandi, mengaktifkan autentikasi dua langkah (2FA), serta mempertimbangkan penggunaan passkeys sebagai pengaman masa depan.
Cybernews menyarankan agar publik segera:
- Mengganti semua password, terutama jika menggunakan sandi yang sama di banyak akun.
- Mengaktifkan fitur 2FA pada akun penting.
- Menghindari login melalui perangkat publik atau tidak terlindungi.
- Menggunakan pengelola kata sandi (password manager) yang aman.
astakom mencatat, kebocoran berskala ini menunjukkan bahwa keamanan data pribadi bukan hanya tanggung jawab platform, melainkan juga pengguna. Dalam dunia digital yang terhubung, kecerobohan kecil bisa menjadi pintu masuk ke bencana besar.