astakom, Jakarta – Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono resmi menutup retret Kepala Sekolah Rakyat, di Jakarta, pada Jumat (20/6).
Ia berpesan bahwa para kepala sekolah rakyat memiliki peran penting merancang masa depan anak-anak dari keluarga miskin, bukan sekadar pimpinan institusi.
Baca juga :
Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.
“Kepala Sekolah Rakyat bukan hanya sekedar pimpinan institusi, tetapi juga arsitek perubahan sosial yang mampu merancang masa depan yang lebih cerah bagi generasi Indonesia,” kata Agus Jabo.
Sekolah Rakyat merupakan gagasan dan amanah besar dari Presiden Prabowo Subianto. Program ini hadir sebagai jawaban atas tantangan kemiskinan ekstrem yang ada di Indonesia.
Sekolah dengan konsep pendidikan berasrama ini bukan sekadar tempat belajar, tapi juga menjadi wadah bagi anak-anak yang kurang mampu untuk meraih impian.
Dalam visi besar tersebut, Kepala Sekolah Rakyat berperan sebagai perpanjangan tangan dari niat mulia Presiden Prabowo yang tidak hanya mengutamakan pengajaran, namun juga membentuk karakter dan masa depan yang lebih baik bagi generasi muda Indonesia.
Oleh karena itu, Agus Jabo mengingatkan, tugas utama Kepala Sekolah Rakyat bukan hanya mendidik dengan pengetahuan, tetapi juga merawat, mendampingi dan membebaskan para murid dari berbagai trauma sosial yang mungkin pernah mereka alami.
“Setiap anak yang dididik adalah titipan negara yang harus dirawat dengan sepenuh hati. Kepala Sekolah Rakyat dituntut untuk hadir dengan utuh, baik secara fisik maupun batin. Memberikan mereka bukan hanya ilmu, tetapi juga cinta, perhatian, harapan,” jelas Agus Jabo.
“Sebagai Kepala Sekolah Rakyat harus mampu menyentuh hati mereka dengan tangan halus. Sementara hati Anda harus tetap kokoh, seperti baja, untuk memastikan mereka tumbuh dengan percaya diri dan mampu menghadapi tantangan masyarakat,” sambungnya.
Agus Jabo mengatakan, retret ini bukanlah titik akhir, melainkan titik awal untuk memulai perjalanan yang lebih berarti dan penuh makna ke depannya. Sebab, jelas dia, Kepala Sekolah Rakyat berperan sebagai agen perubahan sosial.
“Retret ini bukan sekadar agenda formal, tetapi sebuah tonggak penting dalam upaya kita membangun pendidikan alternatif yang berpihak kepada masyarakat, terutama mereka yang selama ini terpinggirkan dari sistem pendidikan formal,” urainya.
Retret tahap pertama ini diikuti oleh 52 Kepala Sekolah Rakyat dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Retret dilaksanakan selama lima hari sejak 16 Juni hingga 20 Juni 2025. Para peserta diberikan materi mengenai Sekolah Rakyat, pendidikan karakter, dan kedisiplinan.