astakom, Jakarta – Ketua The Federal Reserve alias The Fed, Jerome Powell menyampaikan, bahwa kemungkinan ada dua kali pemangkasan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) pada tahun 2025 ini.
Kemungkinan pemangkasan yang banyak ditunggu-tunggu oleh pasar tersebut menjadi hal yang positif di proyeksi baru yang menunjukkan adanya perbedaan pendapat yang semakin besar di antara para pembuat kebijakan mengenai arah biaya pinjaman, seiring kebijakan tarif yang mulai berdampak pada perekonomian AS.
Baca juga
Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25 – 4,5 persen. Artinya The Fed sudah menahan suku bunga acuannya sejak awal tahun ini.
Mereka juga merilis proyeksi ekonomi terbaru yang pertama, sejak Presiden Donald Trump mengumumkan serangkaian tarif besar-besaran pada bulan April lalu, yang menunjukkan bahwa mereka memperkirakan pertumbuhan yang lebih lemah, inflasi yang lebih tinggi, dan pengangguran yang lebih tinggi tahun ini.
Namun begitu, Powell memastikan bahwa keputusan pihaknya di Bank sentral AS telah berada pada jalur dan posisi yang cukup baik.
“Kami percaya bahwa sikap kebijakan moneter saat ini membuat kami berada dalam posisi yang baik untuk merespons secara tepat waktu terhadap potensi perkembangan ekonomi,” ujar Powell dalam konferensi pers FOMC, dikutip astakom.com, Kamis (19/6).
Dalam proyeksi ekonomi terbaru mereka, para pejabat menaikkan estimasi median mereka untuk inflasi pada akhir tahun 2025 menjadi 3 persen dari sebelumnya 2,7 persen.
Mereka juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2025 menjadi 1,4 persen dari 1,7 persen. Mereka juga memperkirakan tingkat pengangguran akan mencapai 4,5 persen pada akhir tahun ini, sedikit lebih tinggi dari estimasi sebelumnya.
Proyeksi tersebut mencerminkan situasi pelik yang dihadapi para pembuat kebijakan The Fed. Tekanan inflasi yang meningkat biasanya menunjukkan bahwa kebijakan The Fed seharusnya menahan laju ekonomi dengan mempertahankan suku bunga tinggi.
Sementara pertumbuhan yang melemah justru menuntut adanya stimulus melalui penurunan suku bunga.