astakom, Jakarta – Proses pembahasan perjanjian dagang Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) yang telah berlangsung sejak 2016, kini telah memasuki tahap akhir dan ditargetkan rampung pada September 2025.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta Kamdani menyambut baik progres tersebut. Dia menyampaikan, bahwa pihaknya siap untuk menyerbu peluang-peluang yang ada seusai perjanjian dagang tersebut mencapai kesepakatan.
Baca juga
“Kemarin sudah bersama pemerintah sudah diberitahu kira-kira peluang-peluangnya seperti apa. Jadi kita sekarang sudah siap,” ujar Sinta dalam keterangannya, dikutip astakom.com, Senin (16/6).
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan, bahwa perjanjian dagang IEU-CEPA akan mendongkrak kinerja ekspor dan PDB Indonesia, karena untuk produk unggulan RI di pasar Eropa akan terbuka lebar.
Di sisi lain, bea tarif masuk produk-produk Indonesia juga dimungkinkan untuk dipangkas hingga 0 persen ketika perjanjian telah disepakati. Sehingga produk Indonesia dapat lebih bersaing di pasar.
Adapun Sinta menyampaikan, bahwa pihaknya telah melakukan berbagai langkah persiapan, mulai dari sosialisasi hingga diseminasi informasi kepada para eksportir, meskipun saat ini perjanjian dagang itu belum secara resmi ditandatangani dan diberlakukan.
Menurutnya, persiapan cukup penting bagi Indonesia untuk bisa bersaing dengan negara-negara lain yang lebih dulu menjalin kerja sama dengan Uni Eropa, seperti Singapura dan Vietnam.
“Jadi kita sekarang sudah siapkan khusus untuk diseminasi informasi, sosialisasi. Walaupun belum sepenuhnya selesai, belum ditandatangani, kita sudah siap sekarang,” ujarnya.
Lebih lanjut, Shinta menyampaikan bahwa IEU-CEPA nantinya akan menjadi peluang besar bagi industri padat karya di Indonesia.
Sejumlah sektor yang menjadi andalan ekspor seperti tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, furnitur, dan perikanan diproyeksikan akan mendapatkan peningkatan signifikan dalam akses pasar ke Eropa.
“Kalau padat karya itu tekstil, garmen, sepatu itu yang paling besar. Kemudian ada furnitur, perikanan juga kelihatannya akan kita kejar,” ujar Shinta.