astakom, Jakarta – Kepala Biro Informasi Pertahanan (Infohan) Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI Frega Wenas Inkiriwang, berikan alasan Indonesia terhadap jet tempur generasi kelima KAAN buatan Turki saat dikonfirmasi Kemhan RI di Jakarta pada hari Jumat (13/6).
Setelah pernyataan terbuka Presiden Prabowo Subianto saat kunjungan kenegaraan ke Ankara beberapa waktu lalu, kini langkah konkret mulai tampak dengan ditandatanganinya nota kesepahaman (MoU) antara Indonesia dan Turki terkait potensi kerja sama pengadaan pesawat tempur tersebut.
Baca juga
Meski belum sampai tahap kontrak pengadaan, Kementerian Pertahanan (Kemhan) menyampaikan beberapa alasan utama di balik ketertarikan Indonesia terhadap KAAN.
Menurut Kepala Biro Informasi Pertahanan (Infohan) Setjen Kemhan, Brigjen TNI Frega Ferdinand Wenas, hubungan erat antara Presiden Prabowo dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membuka peluang kerja sama bilateral yang lebih luas, termasuk dalam bidang pertahanan.
“Hubungan baik antara Presiden Prabowo dengan Presiden Erdogan sangat baik. Sehingga membuka peluang kerja sama di antara kedua negara,” ujar Karo Frega dalam keterangannya seperti yang dikutip astakom, Minggu (15/6).
Alasan kedua adalah spesifikasi teknis KAAN yang menggiurkan. Jet tempur ini dikembangkan sebagai pesawat generasi kelima dengan kemampuan siluman, sesuatu yang hingga kini belum dimiliki Indonesia.
Menurut Frega, pengadaan KAAN akan membawa keuntungan besar, termasuk dalam transfer teknologi pertahanan (ToT) yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia.
“Tentunya itu menjadi sebuah nilai tambah, termasuk juga beberapa kerja sama yang sudah dilakukan dengan Turkiye,” imbuhnya.
Sebelumnya, Indonesia dan Turki telah menjalin kerja sama dalam produksi medium tank “Harimau” melalui kolaborasi antara PT Pindad dan FNSS dari Turki.
Langkah ini dinilai sebagai fondasi penting dalam memperkuat hubungan bilateral di bidang pertahanan, yang kini berlanjut ke level teknologi udara.
“KAAN adalah alutsista strategis. Kami berharap nantinya produksi ini bisa terus dilanjutkan. Karena bicara pesawat tempur, kemudian kapal, ataupun produksi alutsista itu prosesnya tidak mudah, panjang, waktunya bisa 5 sampai 10 tahun, bahkan lebih,” jelasnya.
Meski masih dalam tahap awal, sinyal positif ini menunjukkan bahwa Indonesia serius mengembangkan kapabilitas pertahanan udaranya ke level yang lebih tinggi. Turki pun dinilai sebagai mitra strategis yang dapat diandalkan karena terbukti dalam berbagai proyek kolaborasi sebelumnya.
Pengadaan KAAN tidak hanya akan memperkuat kekuatan udara Indonesia, tetapi juga membuka peluang besar dalam membangun kemandirian industri pertahanan nasional melalui skema produksi bersama dan transfer teknologi jangka panjang.