Minggu, 15 Jun 2025
Minggu, 15 Juni 2025

Ekspor Energi Hijau ke Singapura, Target Serap Tenaga Kerja dan Investasi

astakom, Jakarta – Pemerintah Indonesia bersiap mengukir babak baru dalam perdagangan energi, kali ini dengan mengirimkan listrik berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) ke Singapura. Langkah ini tidak hanya menandai kemitraan strategis antarkedua negara, tapi juga membuka peluang ekonomi besar bagi Indonesia di bidang energi hijau.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa listrik yang akan diekspor bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), serta energi terbarukan lainnya seperti angin dan air.

“Nanti Pemerintah Singapura bersama-sama dengan Indonesia membangun kawasan industri bersama. Ini agar kita maju bersama-sama, kita bangun industri hilirisasi, dan saudara kita di Singapura kita kirim EBT,” ujar Bahlil dalam keterangannya, dikutip astakom.com, Jumat (13/6).

Menurut Bahlil, proyek ekspor listrik ini membuka potensi investasi jumbo, yakni senilai USD30-50 miliar atau setara Rp489 hingga Rp815 triliun untuk pembangunan pembangkit tenaga surya. Di luar itu, ada peluang tambahan sebesar USD2,7 miliar untuk sektor manufaktur panel surya dan Battery Energy Storage System (BESS).

Tak hanya investasi, potensi pemasukan negara dari ekspor listrik hijau ini juga sangat signifikan. Pemerintah memperkirakan akan meraup devisa senilai USD4-6 miliar per tahun, serta tambahan penerimaan negara hingga USD600 juta per tahun.

Kemudian dari sisi ketenagakerjaan, proyek ini dirancang menyerap tenaga kerja besar-besaran. “Serapan tenaga kerja ditargetkan mampu menyerap 418 ribu pekerja di bidang manufaktur, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan panel surya dan BESS,” ungkap Bahlil.

Singapura sendiri diprediksi membutuhkan pasokan listrik hijau sebesar 3 gigawatt (GW). Namun, angka ini dapat terus bertambah, seiring pertumbuhan permintaan industri dan rumah tangga.

Meski fokus pada ekspor, Bahlil menegaskan bahwa sebagian energi hijau tetap akan dialokasikan untuk kebutuhan dalam negeri. “Di dalam negeri itu untuk meng-cover industri hijau. Jadi, tidak semuanya diekspor, tapi sebagian untuk konsumsi dalam negeri, untuk industri yang orientasi pada hilirisasi,” katanya.

Ke depan, Indonesia juga membuka peluang kerja sama serupa dengan negara lain. Namun dalam hal ini, Bahlil menegaskan bahwa kerja sama akan tetap berlandaskan pada prinsip kesetaraan yang saling menguntungkan.

“Kita akan membuka selama itu saling menguntungkan, sekali lagi, yang namanya kerja sama itu harus saling menguntungkan. Win-win itu 50-50, bukan 70-30. Itu yang selama ini saya bernegosiasi terus dengan Singapura agar harus saling menguntungkan,” tegasnya.

Rubrik Sama :

Perkuat Fondasi Digital, Wamen Komdigi Ajak Asia House Wujudkan Visi 2045

Astakom, Jakarta – Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamen Komdigi) Nezar Patria mengajak Asia House berkolaborasi mewujudkan visi Indonesia 2045 untuk menjadi pemimpin digital...

Sri Mulyani Desak Reformasi Belanja Negara Jadi lebih Berkualitas

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati kembali menyoroti soal kualitas belanja negara. Menurutnya, tantangan utama bukan lagi sekadar jumlah anggaran, melainkan strategi dan efektivitas penggunaannya.

Baru Dibentuk, Ditjen Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu Punya Tugas Berat

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengungkap, bahwa ada banyak tugas yang sudah mengantre untuk dikerjakan Ditjen Strategi Ekonomi dan Fiskal, meskipun para pejabatnya baru saja dilantik.

Sri Mulyani Ultimatum Pejabat Baru, Minta Sistem Coretax Segera Diperbaiki

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mendesak Ditjen Pajak (DJP) untuk segera membereskan berbagai masalah dalam sistem administrasi perpajakan inti atau coretax system yang diluncurkan sejak awal 2025.
Cover Majalah

Update