astakom, Jakarta – Indonesia tengah menghadapi tantangan besar dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu beradaptasi di era ekonomi hijau. Hal ini juga sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045, dengan berbekal pada bonus demografi.
Pendidikan vokasi dan pengembangan green jobs pun menjadi dua strategi utama pemerintah dalam menjawab kebutuhan tenaga kerja yang sesuai dengan arah transformasi industri dan tantangan perubahan iklim.
Baca juga
Namun demikian, data menunjukkan bahwa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih menghadapi tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot.
Kondisi ini, kata dia, mengindikasikan adanya kesenjangan antara kurikulum pendidikan vokasi dengan kebutuhan dunia kerja, terutama di sektor-sektor yang kini bertransformasi menuju keberlanjutan.
“Ada gap antara kurikulum pendidikan vokasi dengan kebutuhan industri. Ini menyebabkan lulusan kita kurang match dengan permintaan pasar kerja,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima astakom.com, Jumat (2/5).
Ia pun menambahkan bahwa peningkatan kapasitas pengajar menjadi krusial agar materi ajar yang disampaikan relevan dengan perkembangan teknologi dan industri.
“Ini (pengajar dan trainer) membutuhkan perkembangan teknologi dan juga menyesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh industri,” sambungnya.
Akademisi dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Syamsul Fatria J. menambahkan, soal pentingnya pembekalan green skills dalam sistem pendidikan vokasi.
Menurutnya, keterampilan yang dibutuhkan dalam green jobs mencakup technical skills, transversal skills, dan citizenship skills, yang mencerminkan perpaduan antara keahlian teknis, kemampuan berpikir lintas disiplin, serta kesadaran sosial dan lingkungan.
“Pemerintah perlu mengambil langkah konkret melalui program pendidikan vokasi berbasis industri dan pengembangan Balai Latihan Kerja (BLK) di berbagai daerah, termasuk di pesantren-pesantren,” tuturnya kepada jurnalis astakom.com, Jumat (2/5).
Syamsul menjelaskan bahwa tanpa penyesuaian signifikan, Indonesia berisiko kalah bersaing dengan tenaga kerja asing di sektor-sektor pekerjaan hijau yang sedang berkembang pesat.
“Pendidikan vokasi yang relevan dengan kebutuhan industri hijau dan pengembangan green skills menjadi kunci utama dalam menjawab tantangan ekonomi baru dan menciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi Indonesia,” pungkasnya.