astakom, Jakarta-Pertemuan tak terduga antara Prabowo Subianto dan Wilfrida Soik dimulai dari sebuah tragedi. Wilfrida, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Belu, NTT, nyaris dihukum mati di Malaysia karena dituduh membunuh majikannya pada 2010. Ia mengaku terpaksa melawan, karena menjadi korban kekerasan majikannya.
Di tengah gentingnya situasi, Prabowo—saat itu Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra—tergerak membantu. Ia hanya punya waktu dua minggu sebelum vonis dijatuhkan. Tanpa banyak bicara, ia menyewa pengacara top Malaysia, Tan Sri Shafee Abdullah, dan terbang langsung ke Malaysia untuk menemui Wilfrida dan menghadiri sidang-sidangnya.
Baca juga
Perjuangan itu berbuah hasil. Pada April 2014, Mahkamah Tinggi Kota Bharu menyatakan Wilfrida tidak bersalah. Ia sempat dirawat di rumah sakit jiwa di Johor Bahru, sebelum akhirnya diampuni oleh Sultan Kelantan dan pulang ke Indonesia pada 2021.
Hubungan mereka tak berhenti di sana. Januari 2024, Prabowo menyapa Wilfrida lewat panggilan video dalam sebuah acara. Ia berjanji akan mencarinya saat ke Atambua.
Atas kepeduliannya, Prabowo dianugerahi gelar “Tokoh Pro Bono Indonesia” oleh Aliansi Advokat Indonesia. Kisah ini menjadi pengingat bahwa di balik panggung politik, terselip momen-momen kemanusiaan yang menyentuh hati.