astakom.com, Laut Cina Selatan – Ketegangan antara Tiongkok dan Filipina kembali meningkat setelah kedua negara saling mengibarkan bendera nasional mereka di atas gundukan pasir yang disengketakan di Laut Cina Selatan.
Aksi ini terjadi di Sandy Cay, bagian dari Kepulauan Spratly yang menjadi sumber sengketa lama di kawasan tersebut pada hari Senin (28/4).
Baca juga
Perselisihan tersebut terjadi bersamaan dengan dimulainya latihan militer gabungan tahunan AS-Filipina, Balikatan, yang tahun ini untuk pertama kalinya mencakup simulasi pertahanan udara dan rudal terpadu.
Konfrontasi terbaru bermula pada Kamis lalu, saat media pemerintah Tiongkok melaporkan bahwa Penjaga Pantai Tiongkok telah mendarat di Sandy Cay, mengibarkan bendera, serta mengklaim menjalankan yurisdiksi kedaulatan.
Pada hari Minggu, Penjaga Pantai Tiongkok menuduh enam personel Filipina secara ilegal menaiki Sandy Cay yang disebut Beijing sebagai Terumbu Karang Tiexian meskipun sudah ada peringatan dan larangan dari pihak Tiongkok.
“Kami mendesak Filipina untuk segera menghentikan pelanggarannya, tindakan tersebut melanggar kedaulatan teritorial Tiongkok.” kata juru bicara Liu Dejun seperti yang dikutip astakom, Senin (28/4.)
Menurutnya penjaga pantai sudah melaksanakan tugasnya dengan kesesuaian hukum hingga penyelidikan yang berlangsung dengan aturan yang tertera saat ini.
“penjaga pantai Tiongkok menaiki terumbu karang dan menyelidiki serta menanganinya sesuai dengan hukum.” tambahnya.
Sementara itu, tidak ada indikasi bahwa Tiongkok telah menduduki terumbu karang tersebut secara permanen atau membangun fasilitas di atasnya.
CCTV, lembaga penyiaran negara Tiongkok, merilis foto lima orang berbaju hitam berdiri di atas terumbu, disertai perahu karet di sekitar lokasi. Mereka juga dilaporkan membersihkan sisa botol plastik, tongkat kayu, dan puing-puing lainnya.
Di pihak lain, Penjaga Pantai Filipina melalui juru bicaranya, Jay Tarriela, mengonfirmasi bahwa personel angkatan laut, penjaga pantai, dan polisi telah dikerahkan ke Sandy Cay dengan empat perahu karet untuk memantau keberadaan kapal Penjaga Pantai Tiongkok dan tujuh kapal milisi maritim Tiongkok.
“Operasi ini mencerminkan dedikasi dan komitmen teguh pemerintah Filipina untuk menegakkan kedaulatan, hak kedaulatan, dan yurisdiksi negara di Laut Filipina Barat,” ujar Tarriela.
Tiongkok mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan, meskipun klaim tersebut telah dinyatakan tidak memiliki dasar hukum oleh keputusan internasional. Negara-negara lain di kawasan, termasuk Filipina, juga mengajukan klaim atas bagian wilayah ini.
Pada pembukaan latihan militer Balikatan di Manila minggu lalu, Letnan Jenderal Korps Marinir AS James Glynn menyatakan bahwa kedua negara akan mengadakan kesepakatan.
“Tidak hanya menunjukkan keinginan kami untuk menegakkan perjanjian pertahanan bersama yang telah ada sejak 1951 tetapi juga kemampuan kami yang tak tertandingi untuk melakukannya.” ucap James.
Beijing menanggapi latihan militer tersebut dengan menyatakan bahwa kegiatan itu “merusak stabilitas strategis regional” dan menuduh Manila “berkolusi dengan negara-negara di luar kawasan”.