astakom, Jakarta – Setelah wafatnya Paus Fransiskus, Gereja Katolik kini bersiap menjalani konklaf — proses tradisional untuk memilih paus baru.
Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, dijadwalkan bakal berangkat ke Vatikan untuk mengikuti konklaf memilih penerus Paus Fransiskus yang telah wafat pada Senin (21/4) lalu.
Baca juga
Suharyo semula direncanakan akan berangkat konklaf pada Minggu, (4/5) mendatang. Namun, Dewan Kardinal meminta keberangkatannya ke Vatikan dipercepat menjadi Sabtu, (3/5).
“Untuk mengikuti konklaf itu akan dilakukan oleh Bapa Kardinal Ignatius Suharyo selaku Uskup Keuskupan Agung Jakarta, beliau yang tadinya direncanakan akan berangkat di tanggal 4 Mei, itu mengalami perubahan jadwal menjadi tanggal 3 Mei, karena permintaan dari Dewan Kardinal,” kata Humas Gereja Katedral Jakarta, Susyana Suwadie, kepada wartawan, Sabtu (26/4).
Menurutnya, permintaan itu disampaikan Dewan Kardinal bahwa para kardinal mesti sudah bergabung untuk mengikuti rangkaian konklaf pada (5/5), atau sehari setelah masa berkabung usai.
Dengan begitu, Kardinal Suharyo akan mulai berangkat menuju Vatikan pada (3/5) dan akan tiba pada (4/5)
Konklaf: Proses Pemilihan Penerus Paus Fransiskus
Istilah konklaf berasal dari bahasa Latin cum clave yang berarti “dengan kunci”, merujuk pada praktik mengunci para kardinal dalam Kapel Sistina di Vatikan hingga mereka mencapai keputusan.
Peserta konklaf adalah para kardinal yang berusia di bawah 80 tahun. Saat ini Kardinal Suharyo berusia 74 tahun. Konklaf kali ini akan menjadi yang pertama bagi Uskup Agung Jakarta tersebut.
Laman resmi Vatikan menyebut ada 135 kardinal dari total 252 yang ada saat ini, yang memenuhi syarat memilih orang selanjutnya untuk mengisi Takhta Suci Vatikan.
Mereka berkumpul dalam suasana yang sangat tertutup dan penuh doa untuk memilih Uskup Roma berikutnya, yang juga pemimpin spiritual bagi lebih dari 1,3 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Pemilihan dilakukan melalui pemungutan suara rahasia, dan dibutuhkan dua pertiga suara untuk menentukan paus baru.
Selama konklaf, para kardinal tidak diizinkan berkomunikasi dengan dunia luar. Setelah setiap sesi pemungutan suara, hasilnya diumumkan kepada publik lewat asap dari cerobong Kapel Sistina: asap hitam berarti belum ada paus terpilih, sementara asap putih menandakan bahwa dunia akhirnya memiliki paus baru.