astakom.com, Vatikan – Ribuan pelayat dari seluruh dunia memadati Lapangan Santo Petrus pada Jumat (25/4) untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik asal Amerika Latin pertama, yang wafat pada usia 88 tahun.
Dilansir dari Aljazeera.com, Meninggalnya Paus Fransiskus menandai dimulainya sembilan hari masa berkabung resmi di Vatikan, sebelum para kardinal berkumpul dalam konklaf untuk memilih penggantinya.
Baca juga
Sepanjang tiga hari sebelumnya, lebih dari 250.000 orang telah memberikan penghormatan di depan peti jenazahnya yang disemayamkan di Basilika Santo Petrus.
Andrea Ugalde berusia 39 tahun misalnya, merupakan seorang pelayat asal Los Angeles ini mengungkapkan para pelayat yang menunggu sejak malam hari, berharap mendapatkan tempat di barisan terdepan dalam misa pemakaman yang dihadiri puluhan pemimpin dunia.
“Beliau bukan sekadar Paus, beliau adalah cerminan hakikat manusia,” ujar Andrea seperti yang dikutip astakom.com, Sabtu (26/4).
Pihak berwenang Italia dan Vatikan menerapkan operasi keamanan besar-besaran, termasuk penerapan zona larangan terbang, kesiagaan jet tempur, dan penempatan penembak jitu di atap-atap sekitar area upacara. Lebih dari 50 kepala negara tercatat hadir dalam daftar tamu resmi.
“Kami menghabiskan sepanjang malam di sini di dalam mobil bersama anak-anak, Kami sangat menyesal atas apa yang terjadi padanya karena kami menyimpan seorang Paus Amerika Selatan di hati kami,” kata Gabriela Lazo, warga Peru berusia 41 tahun.
Paus Fransiskus, yang terpilih setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI pada 2013, dikenal sebagai pejuang kaum miskin dan penggerak reformasi untuk membawa Gereja Katolik menuju arah yang lebih inklusif.
Setelah masa berkabung sembilan hari berakhir, para kardinal dari seluruh dunia akan berkumpul untuk menggelar konklaf, sebuah proses rahasia untuk memilih paus baru yang akan memimpin 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia.