astakom, Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo meyakini nilai tukar (kurs) mata uang Rupiah masih terjaga stabil di tengah panasnya perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).
“Kami meyakini ke depan nilai tukar Rupiah diperkirakan akan tetap stabil,” ujar Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, sebagaimana dikutip astakom.com, Kamis (24/4).
Baca juga
Dia pun menegaskan komitmen pihaknya dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah didukung oleh imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.
Perry menyatakan komitmen tinggi BI sebagai bank sentral Indonesia untuk terus memperkuat respon kebijakan moneter, dalam rangka menjaga stabilisasi nilai tukar mata uang Garuda tersebut.
Namun di satu sisi, ia mengakui bahwa kebijakan tarif yang diterapkan AS meningkatkan risk appetite dan mendorong aliran portofolio asing keluar dari pasar domestik. Sehingga, memberikan tekanan terhadap kurs mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah.
Setelah pengumuman terkait kebijakan tarif timbal balik atau resiprokal dari Presiden AS Donald Trump, tekanan besar menerpa pasar offshore non delivery forward (NDF) di luar negeri.
Pada 7 April 2025, NDF di Hong Kong atau Asia mencapai Rp17.300 per dolar AS. Bahkan di Eropa pernah mencapai Rp17.400 per dolar AS.
Untuk itu, pihaknya langsung melakukan intervensi di pasar NDF melalui counterparty, juga kantor-kantor BI di Singapura, London (Inggris), dan New York (AS), dimana hal itu dilakukan saat momen libur Lebaran.
“Alhamdulillah, dengan komitmen yang tinggi untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar offshore NDF, maupun di pasar spot maupun domestic non delivery forward di dalam negeri pada pembukaan perdagangan,” ucap Perry.
Berkat intervensi tersebut, nilai tukar rupiah per 8 April 2025 turun hingga di bawah Rp17 ribu per dolar AS. Bahkan mencapai Rp16.865 per dolar AS pada perdagangan terakhir hari ini, Kamis (24/4).
“Kami meyakini bahwa gerakan Rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamentalnya,” pungkas Gubernur BI.